More

    Dosen UGM Bawa Batuan Berusia 3,8 Miliar Tahun dari Antartika

    Hartanto “Rimba”

    Nugroho Imam Setiawan, Peneliti UGM. Foto : Hartanto Rimba

    YOGYAKARTA, KabarKampus – Setelah sekitar empat bulan melakukan penelitian di Antartika, Nugroho Imam Setiawan akhirnya pulang ke kampus UGM, Yogyakarta pada 22 Maret 2017 lalu. Namun pulang tak sekedar pulang, dari dataran Antartika, ia membawa sebanyak 141 batuan metamorf yang salah satunya berusia 3,8 miliar tahun.

    Nugroho mengumpulkan bebatuan metafora tersebut saat mengikuti ekspedisi di Antartika yang diadakan Japan Antartic Research Expedition (JARE). Tim ini melakukan penelitian sejak 27 November 2016 hingga 22 Maret 2017.

    - Advertisement -

    “Ada batuan metamorf yang kira-kira usianya 3,8 miliar tahun. Batuanya masih saya taruh di Jepang, nanti akan dikirim ke Indonesia,” ujar Nugroho, dalam jumpa pers di Universitas Gajah Mada (UGM), Rabu (29/03/2017).

    Nugroho menjelaskan, selama melakukan penelitian di Antartika, dirinya fokus untuk meneliti kondisi geologi benua paling selatan di bumi. Pilihan itu karena, kondisi geologi Antartika memiliki keunikan yaitu bebatuan metafora yang ada tidak mengandung air.

    “Bebatuan di Antartika itu bisa awet dan berusia tua. Itu karena di dalamnya tidak ada kadar mineral. Hal itu disebabkan karena suhu udaranya sangat dingin,” jelas Nugroho.

    Selain membawa batu yang berusia tua, Nugroho juga membawa pulang batu metamorf yang memiliki kemiripan dengan batuan metamorf yang ada di Papua dan Sumatera. Dari hipotesis yang didapatkan dalam keilmuan geologi, kemiripan itu karena Indonesia dulunya juga merupakan pecahan dari Antartika.

    “Menurut hipotesis dalam keilmuan geologi, batu yang saya bawa ini juga terdapat di Papua dan Sumatera. Prediksinya di Papua itu ada pecahan batu dari Antartika,” papar Nugroho.

    Nugroho menjelaskan, tujuannya membawa pulang bebatuan metamorf tersebut ialah mengembangkan keilmuan geologi di Indonesia. Dari meneliti batu dari Antartika, peneliti dapat memahami sejarah terbentuknya bumi, termasuk kepulauan di Indonesia.

    Menurut Nugroho, batuan metamorf termasuk jenis fosil non makhluk hidup. Melalui batuan ini, manusia dapat mengetahui sejarah terbentuknya bumi dan sejarah bagaimana tektonik bumi di masa lampau.

    “Indonesia sebagai negara kepulauan sebaiknya melakukan penelitian di Antartika. Karena jika Antartika suatu saat meleleh, maka akan terjadi naiknya air laut dan itu berdampak langsung bagi kepulan Indonesia yang  lautnya berhadapan langsung dengan laut Antartika,” ujar Nugroho.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here