Bob O’Donnell – USA TODAY
Gadget tercanggih, software ataupun pengalaman digital terhebat yang pernah ada di dunia tidak akan booming jika pasar belum siap menerimanya.
Sejarah telah berbicara menyoal ini, beberapa perusahaan yang memiliki gagasan hebat, namun membawa mereka ke pasar terlalu dini atau tanpa konteks yang benar-benar matang untuk mengajukannya pada publik yang akan membelinya. Sebut saja contohnya, Apple Newton? Atau bagimana dengan tablet PC berbasis Windows XP yang pertama dikeluarkan oleh Microsoft?
Perusahan bisa saja berdalih menyoal fungsionalitas dan kegunaan dari ide-ide yang sebenarnya bukan ide yang buruk. Contoh nyata, teknologi digital yang dimaksud Newton juga menjadi sesuatu yang diragukan pada waktu itu, kira-kira dua dekade silam.
Pada pertengahan tahun 2017, kita memasuki era perkembangan teknologi di mana beberapa inovasi paling menarik namun tak seterlihat berbagai gadget dan aplikasi pertemanan kita di media sosial.
Teknologi seperti kecerdasan buatan, komputasi berbasis suara dan gestur, mobil yang memiliki moda autopilot, hal ini memberikan cara berbeda untuk berinteraksi dengan banyak perangkat yang sudah kita kenal sebelumnya.
Dalam beberapa kasus, mereka menghasilkan produk baru – seperti speaker cerdas yang merupakan daftar populer Amazon dan dilengkapi dengan yang dilengkapi dengan Alexa yang adalah asisten digital. Namun banyak inovasi lainnya, tidak memperlihatkan perubahan fisik dari produk-produk tersebut.
Sebaliknya jika teknologi baru ini bekerja sebagai mana mestinya, teknologi ini tak akan terlihat dan masuk ke dalam cara kerja dunia dan perangkat yang ada di sekitar kita. Ironisnya, meskipun lebih mudah beradaptasi dengan teknologi baru ini karena sifatnya yang tak terlihat, namun menentukan timing/ waktu yang tepat menjadi lebih menantang dari sebelumnya.
Contoh: Mengemudi secara otomatis. Mobil yang memiliki kemampuan mengemudi otomatis tidak terlihat berbeda dengan mobil yang kita kendarai selama beberapa dekade terakhir. Meskipun di balik mobil baru tersebut, ada rakitan teknologi baru yang secara dramatis mengubah pengalaman kita ketika mengemudi. Moda menyetir otomatis ini adalah pengembangan yang menarik dan banyak diharapkan orang saat ini.
Ada persentase besar yang mengkhawatirkan kemajuan teknologi ini dan sebagian lainya bahkan takut. Sebagian besar ketakutan ini tidak dapat dijelaskan, dan beberapa penelitian mulai menunjukkan bahwa begitu orang merasakan pengalaman di mobil yang memiliki moda menyetir otomatis, kekhawatiran tersebut tergantikan dengan antusiasme.
Namun, 5-10 tahun ke depan, produsen mobil akan mengalami tantangan yang sangat besar untuk berjung menentukan kapan dan bagaimana cara menyajikan teknologi menyetir otomatis ini pada pasar.
Selain mobil, kita juga melihat banyak software dan layanan yang menggunakan kecerdasan buatan atau pembelajaran yang mendalam untuk meningkatkan pengalaman pengguna seperti memberi rekomendasi yang lebih baik untuk musik, film, restoran bahkan teman-teman.
Dengan Al, sering kali skenarionya diminta memberikan lebih banyak informasi pribadi kita untuk mendapatkan tanggapan yang lebih bermanfaat.
Sementara banyak orang merasa nyaman dengan jenis pertukaran informasi ini, banyak juga yang belum (lainnya tak terlalu mengerti). Hal ini menyebabkan penerapkan teknologi Al masih banyak dipertanyakan.
Pada akhirnya, ini adalah pertanyaan kepercayaan. Begitu orang percaya dengan teknologi, mereka cenderung akan menggunakannya. Tetapi ketik sebagian teknologi baru ini tidak terlihat, akan jauh lebih sulit untuk mendapatkan kepercayaan itu.
Sekarang, hampir semua orang menggunakan smartphone. Ketika melihat banyaknya manfaat yang ditawarkan perangkat kecil dengan layar sentuh sensitif yang terhubung dengan internet, sehingga hal ini dapat dengan mudah ditawarkan pada orang lain.
Menggunakan layanan cerdas Al, kita bisa berharap mendapatkan jawaban yang lebih cerdas dan akurat terhadap pertanyaan yang kita ajukan atau perintah yang kita beri, tapi tentu saja ini sulit untuk diukur. Akibatnya, butuh waktu lebih lama bagi orang untuk mendapatkan kegembiraan dari manfaat yang dibawa oleh Al.
Ketakutan itu mungkin terstimulasi oleh film-film bertema mimpi buruk dystopin di mana Al (komputer cerdas) ini menjadi lebih pintar dan mengambil ahli dunia. Kembali ke mobil otomatis, tidak semua ketakutan tersebut beralasan.
Namun, perusahan teknologi sangat bodoh jika mengabaikan fakta bahwa manusia tidak maju secepat teknologi. []