More

    Menjernihkan Realitas, Upaya Kongret Memahami Sosial

    Oleh: Baqi Maulana Rizqi

    Baqi Maulana Rizqi tengah berfoto bersama kedua rekannya di di Pondok Pesantren Al-Hikmah 02 Benda kecamatan Sirampog, Selasa, 11/09/2018. Dok. Pribadi

    Kedatangan Kyai Amin Mar’uf pada kegiatan Kahul K.H Masruri Abdul Mughni di Pondok Pesantren Al-Hikmah 02 Benda kecamatan Sirampog pada Selasa, 11 September 2018, banyak menuai respon dari masyarakat. Mantan Ketua MUI tersebut ramai dibicarakan, karena ia tak sekedar datang sebagai pemateri pada seminar Halaqah Entreprenneur, namun juga berstatus sebagai Calon Wakil Presiden pada Pemilu tahun 2019.

    Tak hanya itu, staff Bawaslu dari kecamatan dan delegasi Bawaslu Kabupaten pun datang mengawasi jalannya kegiatan tersebut.

    - Advertisement -

    Penulis akui, dalam situasi semacam ini berpeluang untuk melakukan agenda-agenda kampanye. Yang jelas isi dari pembahasan yang disampaikan pemateri tidak jauh dari tema yang sedang dibahas yakni pembahasan ekonomi dalam mengatasi masalah-masalah perekonomian di Indonesia. Dalam kesempatan itu, pemateri menegaskan kembali bahwa pesantren ikut bertanggung jawab atas ketimpangan sosial secara ekonomi mulai dari banyaknya pengangguran, rakyat miskin serta perekonomian warga yang masih melemah.

    Selain acara yang dihadiri Kyai Amin Mar’uf tidak hanya diisi dengan seminar. Ada beberapa kegiatan yang berkaitan dengan amaliyah lainnya yang dilakukua Mar’uf Amin, seperti ziarah kubur makam Mbah K.H Kholil Bin Mahhali, pembacaan kitab suci Al-Qur’an, pembacaan tahlil dan yasin, serta ceramah keagamaan.

    Maksud yang hendak penulis sampaikan dalam tulisan ini adalah soal pemahaman dan belajar telaah lebih lanjut dalam menilai sesuatu yang tampak. Bukan soal pembelaan semata yang hendak disampaikan. Penulis juga tidak menutup diri akan kekurangan dan terbuka akan kritik dan saran.

    Langsung saja ke pembahasan. Dalam Seminar “Khalaqoh Entreprenneur” di Pondok Pesantren Al-Hikmah 02 Benda Sirampog, pemateri banyak menyinggung kondisi sosial yang ada. Materi ekonomi ramai diperbincangkan karena memang kita sama-sama menghadapi ekonomi global.

    Dalam realitasnya ekonomi global memang sangat membuka peluang bagi persaingan dagang. Maka menjadi wajar jika persaingan-persaingan ini jika tidak di sikapi dengan serius berdampak pada kemunduran ekonomi khusunya di bangsa sendiri.

    Tidak hanya berhenti pada pembahasan ekonomi, penulis melanjutkan silaturrahim dengan santri serta alumni santri pondok pesantren Al-Hikmah 02 Benda. Penulis menemui alumni-alumni pondok pesantren Al Hikmah 02 Benda baik yang seangkatan dan alumni yang sudah mengabdi diberbagai lembaga pendidikan. Salah satunya dosen Universitas Peradaban yakni Bapak Rifai. Ada juga Ustad Jamil yang sekarang menjadi pengurus pondok pesantren di jawabarat sekaligus mahasiswa IAIN Syekh Nur Jati Cirebon, serta alumni-alumni yang sudah berkerja di instansi pemerintah maupun swasta.

    Di kegiatan tersebut penulis juga bertemu dengan Anggota Bawaslu Brebes seperti saudara Beni Hardianto dan anggota Bawaslu kecamatan Sirampog yang juga turut hadir. Pembahasan-pembahasan yang barupun muncul dengan obrolan-obrolan santai terkait PKPU serta UUD penjelasan kedudukan Bawaslu, KPU dan Partai Politik.

    Beni Hardianto menjelaskan kepada saya terkait kegiatan tersebut. Kalau memang terindikasi ada pelanggaran kampanye dengan didakannya rapat umum serta pemamparan visi-misi tentu bisa dibawa ke Bawaslu untuk diperkarakan. Selanjutnya akan diproses sesai peraturan yang berlaku.

    Tidak hanya membahas persoalan kegiatan tersebut dengan salah satu anggota bawaslu Brebes, hal serupapun menjadi pembahasan kecil bersama alumni-alumni seangkatan dengan penulis dengan berbagai macam perspektif. Ada yang memilih untuk tidak terlalu jauh mencampuri urusan kiyai-kiyai karena beralasan belum ukurannya, ada yang memang tidak terlalu dalam dalam memahami keberadaan K.H Maruf Amin, serta beragam pendapat pada kegiatan tersebut.

    Tidak lantas penulis ingin membawa narasi untuk pro atau kontra, namun sebatas mengajak untuk lebih dalam menilai sesautu yang tampak, logika sedehananya jika kita ingin mengetahui kedalaman laut tentu kita harus menyelam kedalam laut untuk tahu kondisi konkretnya.

    Tidak berhenti pada pembahasan tersebut, obrolan membawa pada persoalan Islam kiri dan Islam kanan, Islam-Islam yang dicap garis keras serta Islam-Islam yang dianggap liberal. Di tengah obrolan tersebut ada satu pembahsan terkait isro miroj yang telah memperoleh satu ibadah sholat lima waktu, dikisahkan bahwa sebelum Nabi Isra Mi’roj, malaikat jibril sempat bingung membedakan nabi dengan sahabat-sahabatnya. Dengan keberadaan tiga orang yaitu Nabi Muhammad dan kedua sahabatnya. Dari tiga pilhan itu, Jibril memilih orang yang di tengah dan memang pilihan itu sesuai dengan harapannya yakni orang yang di tengah adalah Nabi Muhammmad. Ketika itu nabi didampingi dua sahabatnya Umar bin Khattab dan Abu Bakar.

    Penulis mencoba memaparkan argumen tentang adanya anggapan-anggapan soal Islam Kiri dan Islam kanan, dengan mengambil hikmah dari proses Malikat Jibril menentukan untuk memilih yang di tengah. Selain itu mencoba untuk memaparkan soal Islam yang sesuai yakni Islam yang di tengah. Dalam artian tidak mudah mengklaim sesuatu yang ada dengan persfektif sempit.

    Hal ini bila dikaitan dengan sikap toleransi yang dicontohkan Abdrurrahman Wahid (Gus Dur). Beliau lebih mengkapanyekan Islam rahmata lil alamin, dengan sikapnya yang sangat menghargai hak asasi manusia.

    Dari situlah penulis hendak menyampaikan, bahwa toleransi dibutuhkan dalam keberagaman. Penulis juga mengajak untuk terus menjernihkan realitas supaya tidak termakan oleh egoisme serta kedangkalan dalam menerima informasi dan tentu tidak mudah dalam menyimpulkan sesuatu.[]

    Penulis adalah mahasiswa Univeritas Peradaban Bumiayu

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here