BANDUNG, KabarKampus – Para penghisap vape (vapers) berkumpul di Kaka Café, Jalan Tirtayasa, Bandung, Jumat (20/12/2019). Mereka hadir bukan kumpul-kumpul biasa sambil mengadu asap rokok elektrik, melainkan untuk melakukan rontgen massal lewat acara “Skuy Rontgen Swara Vapers”.
Dengan melakukan rontgen bersama, mereka ingin menunjukkan bahwa paru-paru mereka sehat walafiat selama menghirup rokok elektrik yang asapnya mengepul seperti cerobong itu. Hasil rontgen selanjutnya akan dianalisis oleh medis, lalu dirilis ke publik.
Acara tersebut diinisiasi Vapers Bandung, Asosiasi Vaper Indonesia, Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia. Acara yang dimulai pukul 13.00 – 23.00 WIB ini ditargetkan bisa diikuti 170 penghisap vape yang sudah terdaftar.
Panitia yang juga pengurus Vapers Bandung, Noerman Nanpaneja menjelaskan “Skuy Rontgen Swara Vapers” merupakan acara rontgen perdana komunitas dan individu penggemar vape di Bandung.
Kata Noerman, lewat acara rontgen massal pihaknya ingin mengkonter isu miring yang selama ini menerpa vape. Terlebih akhir-akhir ini marak diberitakan tewasnya sejumlah vapers di Amerika Serikat. Meski berita itu terjadi jauh di negeri Paman Sam, namun penghisap vape di Indonesia merasa terganggu dan perlu bersikap.
“Latar belakangnya ada isu vape merusak paru-paru. Maka lewat rontgen massal dari kami ini ingin membuktikan bahwa kami hudup sehat meski nge-vape,” jelas Noerman.
“Kami ingin buktikan bahwa itu tidak benar. Hari ini 170 orang membuktikan sejauh mana bahaya vape ini,” lanjut pria berkacamata yang mulai nge-vape sejak 2013 itu.
Para pendaftar rontgen massal berasal dari Bandung Raya, yakni Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi. Pendaftar harus memenuhi sejumlah kriteria, di antaranya, berusia 21 tahun ke atas, menghisap vape, dan tidak merokok. “Jika pendaftar sebelumnya perokok, minimal dia harus satu tahun telah berhenti merokok dan murni nge-vape saja,” kata Noerman.
Mengingat rontgen massal ini untuk membuktikan kesehatan paru para vapers, maka peserta yang tidak masuk kriteria tidak bisa ikut acara, agar hasil rontgen paru-paru nantinya tidak bias karena campur dengan rokok.
Hasil rontgen selanjutnya dianalisa secara medis. Rencananya awal tahun 2020 Vapers Bandung akan merilis hasil analisa rontgen paru-paru para peserta. “Kita ingin buktikan yang pure nge-vape ini hasilnya seperti apa,” lanjut Noerman.
Rontgen massal ini, kata Noerman, adalah gerakan yang dilakukan seluruh komunitas vaper Indonesia. Sebelumnya acara serupa telah digelar di Jakarta, Tangerang, dan Surabaya. “Kalau hasil rontgen di daerah lain semuanya aman, ga ada masalah paru,” sebut Noerman.
Noerman menegaskan, hasil rontgen massal di luar Bandung menunjukkan bahwa vape tidak mengganggu kesehatan paru. Hasil ini sekaligus membantah bahwa vape merusak paru seperti yang terjadi di Amerika Serikat. Kasus kematian vape di Amerika Serikat menurut Noerman sebagai bentuk penyalahgunaan vape. Yang salah adalah orangnya, bukan vape-nya.
Ia menjelaskan, para vapers yang tewas di Amerika Serikat menggunakan liquid yang berbeda dengan yang biasa dipakai di Indonesia atau vapers umumnya. Korban di Amerika Serikat memakai THC oil yang sebenarnya bukan bahan vape dan tentu saja bahan ini tidak diperjualbelikan di Indonesia.
Sementara bahan vape di Indonesia terdiri dari tiga jenis, yaitu propylene glycol vegetable glycerin, essence, dan nicotine. Noerman menjelaskan, bahan-bahan ini sebenarnya sudah biasa dipakai untuk kebutuhan manusia. Propylene glycol dipakai bahan obat asama, vegetable glycerin sebagai bahan permen atau makanan, juga essence, dan nikotin sebagai zat yang terdapat dalam rokok.
“Jadi yang di USA itu bahannya berbeda, bahan dasarnya minyak yang masuk paru, mengendap. Itu bikin meninggal. Bukan dari bahan yang dipakai vapers di kita. Artinya yang di USA itu penyalahgunaan vape-nya, jadi yang salah orangnya, bukan vape-nya,” terang Noerman.
Sementara dalam pelaksanaan rontgen massal tersebut, panitia menyewa alat rontgen standar laboratorium. Peserta satu persatu melakukan rontgen di bagian dada dengan bantuan seorang operator. Hasil foto rontgen terlihat pada laptop operator yang terhubung dengan alat rontgen. Sebelum melakukan rontgen, operator mencatat nama dan umur peserta. []