BANDUNG, KabarKampus – Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) meresmikan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) terapung bifacial pertama di Indonesia. Peresmian ini dilaksanakan di Lobby Engineering Center FTUI, Depok, Selasa, pada Selasa (25/02/2025)
oleh Dekan FTUI Dr. Ir. Hendri D.S. Budiono, M.Eng, Direktur TREC FT UI, Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan serta turut dihadiri oleh Bapak Jackson Tandiono (Presiden Direktur Sky Energy Indonesia, Tbk.) dan Bapak Manabu Suzuki (Presiden Direktur PT. Quint Solar Indonesia).
PLTS yang didrikan TREC (Tropical Renewable Energy Center) ini dibangun terapung di danau Mahoni, Kampus UI Depok. PLTS Bifacial memiliki 36 panel surya bifacial yang apabila telah beroperasi penuh akan menghasilkan listrik 10.000 – 13.000 watt peak.
PLTS ini merupakan hasil kerja sama antara TREC FTUI dengan PT Sky Energi Indonesia dan PT Quint Solar Indonesia. Kerja sama dilakukan untuk meneliti, menerapkan, dan mengembangkan PLTS terapung di daerah tropis Indonesia.
Direktur TREC FT UI, Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan memaparkan, sistem PLTS terapung dipasang di atas air dengan menggunakan jenis panel surya bifacial (2 sisi). PLTS ini adalah yang pertama kali diterapkan di indonesia.
“Penggunaan panel surya bifacial diharapkan dapat menghasilkan energi yang lebih besar karena memiliki 2 sisi sel surya yang dapat menerima energi matahari. Sisi depan panel surya menerima sinar matahari langsung sedangkan sisi sebaliknya menerima sinar dari pantulan air,” terang Eko.
Dekan FTUI Dr. Ir. Hendri D.S. Budiono, M.Eng berharap, dengan adanya PLTS, maka energi matahari ini nantinya diubah menjadi listrik yang disalurkan ke jaringan listrik di FTUI. Sistem PLTS terapung di UI ini dapat menjadi contoh model PLTS terapung lain yang diterapkan di Indonesia.
“Kedepannya, TREC FTUI berperan untuk melakukan penelitian lebih lanjut agar teknologi PLTS terapung dapat lebih efisien dan handal serta lebih murah dalam hal pembiayaan.” terang Dekan Hendri.
PLTS terapung memiliki keunggulan dibandingkan PLTS di tanah datar, antara lain: kemudahan pemasangan (tidak perlu melakukan treatment pada tanah) serta tidak memerlukan pembebasan lahan, mengurangi pertumbuhan algae di perairan lokasi PLTS, serta kemudahan sinergi dengan infrasturktur kelistrikan (terutama pembangkit hydropower).[]