
JAKARTA, KabarKampus – Pernyataan sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam “Aliansi BEM Jakarta Bersuara” yang mengkritik kerja Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta mendapat kecaman dari netizen. Salah satunya, karena pernyataan para mahasiswa tersebut yang menganggap fasilitas hotel bintang lima untuk tenaga medis dianggap berlebihan.
Pernyataan yang disampaikan lewat konferensi pers dan dimuat di laman wartakotalive.com berlangsung pada Sabtu, (04/05/2020). Hadir dalam konferensi pers tersebut yakni perwakilan dari BEM Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), BEM Uhamka, BEM Kalbis Institute, BEM Jayabaya, BEM Esa Unggul, BEM Trilogi dan, BEM Stikes Binawan.
Dalam pernyataannya Yazid Al Bustomi, Presiden Mahasiswa BEM STIKES Binawan menyoroti penggunaan Hotel Grand Cempaka milik Pemprov DKI digunakan sebagai tempat untuk menginap tim medis dan relawan. Mereka menganggap hal itu berlebihan.
“Fasilitas hotel bintang 5 untuk tim medis dinilai berlebihan. Lantas apakah itu menjamin bahwa masyarakat Jakarta tidak terinfeksi virus Corona karena belum meratanya tindakan pencegahan dari Gubernur Jakarta terkait virus Corona di kalangan masyarakat menengah kebawah,” ujar Yazid mewakili aliansi seperti yang ditulis wartakota.
Selain itu, Yazid juga meminta Pemprov DKI Jakarta agar lebih fokus dalam hal pencegahan yakni dengan menggelar Rapid tes massal yang menjangkau lebih banyak orang. Selain itu juga meminta Pemprov DKI mencukupi keberadaan fasilitas kesehatan.
Kecaman Netizen
Pernyataan dimuat wartakotalive ini menuai kecamaan dari netizen di berbagai media social baik facebook, instagram dan twitter. Terutama terutama pernyataan yang menyoal hotel untuk tenaga medis yang dianggal berlebihan.
Seperti disampaikan Herlin Herliansah di laman facebooknya menyebut :
“Alumni Universitas Muhammadiyah Jakarta (Premas 2018-2019–geus pensiun ge nya), Stikes Binawan, UHAMKA dan Universita Esa Tunggal, tolong ya adiknya dikasih tahu. Suruh belajar jadi mahasiswa yang bener jangan malah jadi buzzer.”
Selanjutnya aryoprygo99 di twitter mengatakan :
“Lebih baik membantu pemerintah dan membantu warga yang belum bisa makan untuk hari ini, dari pada bersuara “nilai fasilitas hotel bintang 5 untuk tenaga medis berlebihan” buat apa lu bersuara untuk itu kaga ada guna coy. Bikin malu aja !!!
AisyadiaaMawar @Aisyadiaa di instagram mengatakan :
“Sejarah akan mencatat.. Ini adalah AKSI PALING MEMALUKAN Yg mengatasnamakan Aliansi BEM
Kok bisa2nya ada Mahasiswa menggonggong kebijakan Pemprov DKI membantu Paramedis. Hrs nya kalian bikin sesuatu ikut bantu bukan mengkritik yg bantu.”
Klarifikasi BEM
Mujiono Koesnandar, Presiden Mahaiswa BEM UMJ membantah mereka terlibat dalam Aliansi BEM DKI Jakarta. Mereka BEM UMJ yang masih aktif belum pernah ada komunikasi dengan Aliansi BEM DKI Jakarta. Selain itu juga tidak ada koordinasi terhadap kampus yang bersangkutan dengan Aliansi BEM DKI Jakarta.
“Sangat menyayangkan narasi-narasi yang dibangun oleh aliansi tersebut dikarenakan tidak adanya pengkajian sebelumnya. Menghimbau kepada seluruh stakeholder dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta untuk lebih jelih menelaah segala bentuk media informasi agar tidak terprovokasi,” tulis Mujiono dalam surat klarifikasinya.
Hal yang sama dinyatakan BEM Trilogi, mereka menyangkal menjadi bagian dari Aliansi BEM DKI Jakarta. Pihak yang mengatasnamakan BEM Trilogi menurut mereka merupakan Demisioner Ketua BEM 2018 dan Bukan anggota aktif kepengurusan BEM TRILOGI 2020.
“Menyayangkan terkait dengan narasi yang beredar di Media karena tidak relevan dan tidak berkoordinasi dengan BEM TRILOGI 2020 secara massif terkait mekanisme pengkajian narasi yang telah beredar di Media Massa,” tulis klarifikasi BEM Trilogi.
Kemudian Rachmat Efendi Ketua BEM Universitas Esa Unggul juga mengaku tidak bergabung dalam dengan Aliansi dalam Aliansi BEM DKI Jakarta. Mereka juga tidak ada komunikasi dengan Aliansi BEM DKI Jakarta.
“Oknum yang mengaku mewakili BEM Universitas Esa Unggul ialah bukan merupakan bagian dari BEM Universitas Esa Unggul. Menolak dengan tegas narasi yang dimunculkan oleh Aliansi BEM DKI Jakarta tersebut karena dinilai tidak memiliki dasar yang kuat dan kajian yang komprehensif,” terang Rachmad.
Selain menyoal hotel untuk petugas medis, Aliansi BEM Jakarta Bersuara juga menilai sejumlah kebijakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang mereka nilai kurang tepat bahkan cenderung bernuansa politis ketimbang solutif. Selain itu menyoroti soal permintaan karantina wilayah atau lockdown lokal yang mereka nilai sebagai langkah terburu-buru tanpa melihat dampak ikutannya, dan aliansi juga mengkritik soal upaya pencegahan yang dinilai kurang maksimal.[]






