Populasi serangga terus menurun setiap tahunnya. Berdasarkan laporan Caspar Hallman dari Radboud University, Belanda pada tahun 2017 populasi serangga terbang di cagar alam Jerman menurun lebih dari 75 persen selama 27 tahun terakhir. Bahkan Bayo dan Wyckhuys melaporkan penurunan serangga tetap terjadi meskipun di kawasan cagar alam yang masih belum terjamah.
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menyebut, jika laju penurunan serangga terus terjadi, maka keselamatan bumi akan terancam. Karena serangga dan tumbuhan adalah penyusun dasar kehidupan, peran mereka sangat vital dalam ekosistem.
Serangga merupakan penyerbuk, pengontrol hama, pengelola limbah dan pengurai jasad. Selain itu, serangga adalah makanan bagi hewan lain.
“Jadi bayangkan jika serangga punah akan banyak jasad yang menumpuk dan tidak terurai”, ungkap Djunijanti Peggie, peneliti bidang Entomologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia seperti yang dirilis humas LIPI, Jumat (05/06/2020).
Isu penurunan serangga, kata Peggie sudah nyata terlihat. Penyebab utamanya adalah alih fungsi lahan, perubahan iklim, penggunaan pestisida dan pupuk sintetis, serta adanya faktor biologis termasuk patogen dan spesies invasif.
Salah satunya, kupu-kupu Graphium codrus yang digunakan sebagai foto sampul majalah National Grographic Indonesia bulan Mei 2020. Kupu-kupu ini bukanlah kupu-kupu endemik Indonesia, tidak langka dan tidak terancam punah.
Namun dengan status tersebut ternyata jumlah spesimen Graphium codrus di Museum Zoologicum Bogoriense hanya ada 21 spesimen dari empat sub-spesies. Masih ada empat subs-pesies di pulau-pulau kecil yang belum ada spesimennya di Museum Zoologicum Bogoriense.
Kondisi ini kata Peggie, menunjukkan kupu-kupu tak langka pun sudah cukup sulit ditemukan. Apalagi mendata dan memperoleh spesies yang tergolong endemik dan langka seperti Ornithoptera Croesus yang merupakan spesies endemik di Maluku Utara dan baru dimasukkan dalam daftar spesies dilindungi di Indonesia pada tahun 2018.
“Status kiamat serangga saya setuju dan sangat menghawatirkan, ”ungkap Peggie.
Pendataan serangga
Saat ini LIPI tengah berupaya melakukan pendataan serangga. Mereka mendapatkan dana dari Global Biodiversity Information Facility untuk melakukan pendataan dan digitalisasi spesimen kupu-kupu.
Peggie menegaskan, sudah saatnya setiap individu berkontribusi untuk menekan laju penurunan serangga yang terjun bebas.
Sementara itu, Cahyo Rahmadi Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI mengatakan, saat ini LIPI tengah berupaya melakukan pendataan serangga untuk melengkapi data kehati. Data ini akan menjadi salah satu dasar untuk menyatakan status kepunahan.
“Negara maju sudah memiliki perbandingan data serangga dari tahun ke tahun. Sedangkan di Indonesia baru sebatas memiliki koleksi spesimen. Inilah yang dianggap sebagai kondisi kritis eksistensi serangga,” terang Cahyo.
Oleh karena itu, tambah Cahyo, status hewan yang tidak langka dan belum masuk daftar merah belum tentu aman, karena masih sedikit orang yang memperhatikan serangga. Sehingga diperlukan perubahan perilaku masyarakat untuk menghargai keberadaan makhluk kecil tersebut.[]