
BELANDA, KabarKampus – Universitas Utrecht di Belanda yang sudah berdiri sejak 1636 secara resmi mengumumkan pemutusan seluruh kerjasama institusional dengan universitas dan lembaga di Israel. Keputusan ini menjadi tonggak sejarah karena menjadikan Utrecht sebagai universitas besar pertama di dunia Barat yang secara terbuka menggunakan istilah boikot dalam kebijakan resminya terkait konflik di Gaza.
Langkah berani ini tidak muncul tiba-tiba. Rektor Universitas Utrecht, Wilco Hazeleger, dalam sambutan pembukaan tahun akademik pada Senin, 1 September 2025, menjelaskan bahwa keputusan ini lahir dari tekanan moral yang tak bisa diabaikan. “Ada penderitaan yang besar terjadi, serta kekerasan genosida yang telah melewati batas moral,” kata Hazeleger.
Keputusan ini adalah buah dari perjuangan panjang. Selama berbulan-bulan, mahasiswa dan staf Universitas Utrecht melakukan serangkaian demonstrasi dan kampanye publik, menuntut kampus mereka mengambil sikap tegas terhadap kebijakan Israel di Gaza. Aksi dimulai pada Maret 2025, ketika mahasiswa mendirikan tenda di depan perpustakaan dan menggelar diskusi, pemutaran film, hingga ceramah publik.
Tekanan semakin meningkat setelah aksi pendudukan Gedung Drift 13 yang berujung pada penangkapan 49 mahasiswa, meskipun mereka kemudian dibebaskan. Protes tak surut, bahkan mendapat dukungan dari Wali Kota Utrecht yang mengkritik penanganan aparat. Secara praktis, kebijakan boikot ini menghentikan semua bentuk kerja sama resmi dengan institusi Israel.
Mulai dari riset, program akademik, hingga pertukaran mahasiswa, semuanya dihentikan tanpa tenggat dan tanpa kompromi. “Kebebasan akademik tetap penting, tetapi ada batas etis yang tidak bisa diabaikan,” tegas Hazeleger.
Bersambung ke halaman selanjutnya –>







Sangat Berpengaruh sekali pergerakan rakyat dunia hanya dgn Aksi2 sederhana walau ada yg exstrem…terus lah bersuara agar makin runtuh kolonialisme
Langkah seperti ini perlu dilakukan oleh semua universitas seluruh dunia.
Langkah seperti ini perlu dilakukan oleh semua universitas seluruh dunia. Tentunya dimulai dari komitmen semua warga universitas mulai dari rektor sampai mahasiswanya.
Universitas Utrecht di Belanda yang sudah berdiri sejak 1636 secara resmi mengumumkan pemutusan seluruh kerjasama institusional dengan universitas dan lembaga di Israel. Keputusan ini menjadi tonggak sejarah karena menjadikan Utrecht sebagai universitas besar pertama di dunia Barat yang secara terbuka menggunakan istilah boikot dalam kebijakan resminya terkait konflik di Gaza.
Langkah berani ini membuat saya terharu dan semoga menjadi contoh dan inspirasi kepada universitas yang lain sehingga semakin banyak yang mengikuti jejaknya
Keputusan ini menjadi bukti bahwa tekanan mahasiswa dan nurani masih bisa mengubah sejarah.
Semoga ini bisa menjadi gelombang boikot yang meluas.
Lanjut_DAN..✌️