
BRUSSEL, KabarKampus – Ratusan ribu orang turun ke jalan di Brussel dalam aksi solidaritas untuk rakyat Gaza, Minggu (1/9). Demonstrasi bertajuk “Red Line for Gaza” ini digelar untuk kedua kalinya dalam beberapa bulan terakhir, setelah aksi serupa pada Juni lalu juga berhasil menarik massa dalam jumlah besar.
Aksi ini diinisiasi oleh sekitar 100 organisasi dan LSM, termasuk jaringan pembangunan internasional 11.11.11, kolektif Palestina Beitna, serikat buruh sosialis dan Kristen, Solidaris, serta Serikat Yahudi Progresif Belgia. Kepolisian mencatat jumlah peserta sekitar 70 ribu orang, sementara panitia menyebut angkanya mencapai 110 ribu.
Massa berkumpul di Stasiun Brussel Utara sebelum melakukan long march menuju Place Jean Rey yang berada di dekat institusi Uni Eropa. Sesuai seruan panitia, banyak peserta mengenakan pakaian merah dan mengangkat kartu merah sebagai simbol peringatan keras kepada Belgia dan Uni Eropa.
Menurut para demonstran, pemerintah Belgia maupun Uni Eropa harus mengambil langkah lebih tegas untuk menentang rencana pembersihan etnis Gaza yang mereka tuduhkan kepada Israel dengan dukungan Amerika Serikat (AS). Gregory Mauzé, juru bicara Asosiasi Belgia-Palestina (ABP), menilai keputusan pemerintah Belgia yang baru diumumkan pada 2 September lalu memang langkah positif, tetapi masih jauh dari cukup.
“Meski pemerintah federal akhirnya memutuskan mengambil langkah nasional terhadap Israel, kebijakan itu masih belum memenuhi seluruh kewajiban Belgia. Ini hanya langkah kecil yang harus segera dijalankan, tapi tidak cukup untuk mengakhiri keterlibatan negara kita dalam tragedi ini,” ujar Mauzé seperti dikutip dari The Brussels Time.
Ia menambahkan, Belgia harus mendorong Uni Eropa untuk menjatuhkan sanksi terhadap Israel. Organisasi Palestina Beitna menegaskan bahwa Belgia sudah tidak bisa lagi berlindung di balik janji kosong setelah hampir dua tahun konflik berkepanjangan dan 76 tahun pendudukan ilegal Israel di Palestina.
“Sanksi segera dan pemutusan semua perjanjian Belgia maupun Eropa dengan Israel bukan sekadar pilihan, melainkan kewajiban hukum dan moral,” tegas pernyataan Beitna. “Jika gagal bertindak, reputasi dan nurani Belgia akan tercoreng selamanya.” tambahnya.
Para peserta aksi menekankan bahwa tekanan masyarakat sipil telah memaksa pemerintah bergerak. Namun, langkah yang ada harus segera dilaksanakan sepenuhnya dan dilanjutkan dengan kebijakan lebih tegas agar Belgia tidak lagi terlibat dalam praktik yang dianggap melanggar hukum internasional tersebut.







Pesan mereka jelas:
Hentikan genosida
Putuskan hubungan dengan Israel
Uni Eropa jangan lagi berlindung di balik janji kosong!