ABC AUSTRALIA NETWORK
Erwin Renaldi
Noor Huda Ismail, kandidat Doktor asal Indonesia di Monash University tengah merampungkan film dokumenter pertamanya. Film ini akan menampilkan kisah-kisah dari para pemuda yang tertarik bergabung dengan kelompok ‘Negara Islam’.
Film yang diberi judul ‘Jihad Selfie’ akan memberikan pandangan lain soal kelompok yang menamakan diri, ‘Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)’.
Sesuai dengan judulnya, tema besar dari film dokumenter ini adalah bagaimana anak-anak muda tertarik bergabung dengan kelompok ISIS lewat bantuan jaringan sosial, seperti Facebook dan Twitter.
Banyak diantara mereka terkesan saat melihat para anggota kelompok ISIS yang mengambil foto sendiri atau ‘selfie’, sambil mengusung senjata dengan latar belakang di medan perang, seolah mereka menjadi pahlawan.
Menurut Huda yang meraih Australia Award di tahun 2014, pola rekrutmen kelompok ISIS ini sangatlah berbeda dengan kelompok-kelompok lainnya.
“Narasumber saya bukanlah orang jahat, mereka juga bukan yang ‘ngajinya’ kencang, malah misalnya ada yang pernah juara olimpiade matematika, ada pula yang pilot,” jelas Huda kepada Erwin Renaldi dari ABC International.
“Sekarang ini muncul cluster yang sama sekali kita tidak pernah tahu orangnya dan dari mana mereka berasal.”
Menurut Huda, pola yang digunakan oleh kelompok ISIS dalam merekrut anak-anak muda memiliki distribusi pesan yang sangat luas.
Mereka sepertinya paham benar akan kegemaran anak muda jaman sekarang, sehingga memanfaatkan teknologi internet dan jejaring sosial.
“[Pesan] yang dikedepankan adalah bukan untuk bergabung dengan sebuah kelompok teroris, tetapi bergabung mendirikan sebuah negara. Dengan menjual pesona, bahwa anak-anak muda nantinya bisa menjadi bagian dari ide besar untuk membuat sebuah pranata dunia yang baru,” jelas Huda.
Huda berpendapat ada kesalahan dalam membaca tren jika ISIS selalu dikaitkan dengan faktor keamanan, atau diidentikkan dengan kelompok Islam, termasuk dalam hal penanganannya
“Karenanya, saya sebagai orang Indonesia ingin memperlihatkan bahwa ini adalah jenis tantangan modernitas yang baru yang harus didiskusikan,” tegas Huda, yang juga pernah menulis buku ‘Temanku, Teroris?’ dan sedang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris ini. []