JAKARTA, KabarKampus – Para perempuan dari kaki Gunung Kendeng nampaknya tak pernah putus asa memperjuangkan tanah mereka dari kerusakan alam. Kali ini mereka datang ke depan Istana negara untuk bertemu presiden Jokowi. Tak tanggung-tanggung dalam aksi kali ini mereka memasung kaki mereka dengan semen di depan Istana Negara, Rabu, (13/03/2016)
Aksi ini dilakukan oleh sembilan Kartini dari kaki Gunung Kendeng, Jawa Tengah. Mereka adalah Sukinah (40), Karsupi (42), Surani (50), Sutini (41), dan Murtini (36), Giyem (45), Ngadinah (36), Ambarkati (32), dan Deni Yuliantini (28). Keenam kartini ini menyemen kaki mereka di dalam kotak berukuran sekiatar 50 x 30 meter.
Aksi di depan Istana negara ini merupakan lanjutan dari aksi sebelumnya, pada hari Selasa, (12/04/2016). Mereka melakukan aksi lanjutan ini karena tidak mendapatkan jawaban dari Presiden Jokowi atas tuntutan yang mereka inginkan yaitu membatalkan pembangunan pabrik semen di Gunung Kendeng.
“Kenapa kaki kami dicor? Ini gambaran sama seperti ketika pabrik semen ada di Gunung Kendeng. Kami sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi nantinya,” kata Deni Yuliantini kepada KabarKampus.
(Baca Juga: Kartini Gunung Kendeng Terbelenggu di Jakarta)
Ia mengatakan, janji pendirian pabrik semen yang konon akan memperkerjakan mereka,justru nantinya akan membuat lahan pertanian mereka diambil. Kemudian ketika pabrik terbangun, mereka tidak hanya tidak bisa bertani, namun juga tidak bisa berbuat apa-apa.
“Apalagi kami hanya orang kecil,” ungkap Deni
Menurut Deni, dampak negatif dari pembangunan pabrik semen sudah terlihat, yaitu banyaknya korban yang meninggal dunia karena udara buruk yang dihasilkan pabrik semen. Kemudian tanaman yang tidak bisa tumbuh karena udara yangg jelek tersebut.
“Kami menilai, Gunung Kendeng menyimpan banyak sumber mata air, hutan dan sebagainya di bangun pabrik semen. Bukan tidak mungkin alamnya rusak, airnya susah.
“Kalau begitu, bagaiman nanti kami mau bertani?” Ungkap Deni.
Oleh karena itu kata Deni, mereka ingin bertemu dengan Presiden Jokowi. Mereka ingin menuntut seadil-adilnya, supaya pabrik semen tidak di bangun di Gunung Kendang.
Sementara itu Sukinah menambahkan, mereka tidak mau jadi korban semen. Jawa tengah seharusnya jadi lumbung pangan. Bukan menjadi tambang semen.
“Ini sayang sekali. Kenapa Jawa tengah mau dirusak lagi. Alam tambah sakit,” katanya.
Menurutnya, kalau pabrik semen sudah merajalela, aktivitas apapun tidak bisa dilakukan. Tidak bisa bertani dan tidak ada yang bisa dimakan.
“Nanti kalau anak dan cucu butuh makan gimana,” kata Sukinah.
Saat ini, Ibu-ibu dari Gunung Kendang ini menginap di Kantor Lembaga Bantuan Hukum Jakarta. Selama menginap di LBH Jakarta, kaki mereka tetap terpasung, baik ketika tidur, maupun mau buang air.[]