BANDUNG, KabarKampus – Sebanyak 50 anak muda dari berbagai negara ASEAN siap mengikuti ASEAN Youth Volunteer Programme (AYVP) 2017 di Bandung dari tanggal 01-26 Agustus 2017. Kegiatan ini menyasar dua lokasi yaitu Desa Lembang, Kabupaten Bandung Barat yang berada persis di atas Sesar Lembang dan Kelurahan Cigadung, Kota Bandung yang terletak 6 KM dari sisi selatan Sesar Lembang.
Puluhan anak muda tersebut akan membahas tema “Pengurangan resiko bencana dengan membangun ketahanan komunitas terhadap bencana (Resilient Community for Disaster Risk Reduction). Mengingat Indonesia berada di zona Ring Of Fire, sehingga sudah sangat familiar dengan bencana alam yang mematikan khususnya gempa bumi.
AVYP 2017 diinisiasi oleh dua Perguruan Tinggi yaitu Universiti Kebangsaan Malaysia dengan Insitut Teknologi Bandung. Tahun ini merupakan acara kelima setelah sebelumnya digelar sejak 2013 di Malaysia dan pada tahun 2017 ini, ITB mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah.
Dr. Rahma Hanifa, Peneliti dari Pusat Mitigasi Bencana ITB dan juga koordinator AYVP 2017 mengatakan, meski di Indonesia banyak terjadi bencana, namun kesadaran masyarakat tentang mitigasi bencana masih sangat minim. Seperti bencana gempa bumi yang baru saja terjadi di Pidie Aceh yang berdampak pada banyaknya korban jiwa.
“Namun, tidak hanya Indonesia yang masyarakatnya tidak sadar bencana, hampir masyarakat seluruh negara ASEAN, seperti Filipina dan Myanmar,” kata Rahma usai penandatanganan MOU antara UKM dan ITB mengenai AYVP 2017 di Kampus ITB Bandung, Senin, (20/02/2017).
Menurutnya, lewat kegiatan ini anak-anak muda di negara-negara ASEAN memiliki kesadaran mengenai pengurangan resiko bencana hingga ke level komunitas. Mereka juga diharapkan bisa mempengaruhi orang-orang di negaranya setelah mengikuti ajang ini.
“Mereka diharapkan bisa belajar di sini dan mengembangkan kembali apa yang didapat dan melakukan hal yang sama di daerahnya masing masing,” kata Rahma.
Sementara itu Cik Liew Y. R. Alyssa dari Universiti Kebangsaan Malaysia mengatakan, sebanyak 50 yang terpilih nanti akan menjalani orientasi dan pengembangan skill untuk mempersiapkan tugas-tugas di lapangan. Selain itu juga mendapatkan pembekalan materi tentang nilai-nilai masyarakat setempat.
“Seperti pada minggu kedua dan ketiga nanti, sukarelawan akan diturunkan ke lapangan untuk membantu masyarakat menghadapi masalah-masalah. Masyarakat akan dibagi ke dalam proyek-proyek sesuai dengan keadaan temantis daerah tujuan dan bertukar pikiran dengan masyarakat lokal,” kata Alysssa.
Menurut Alyssa, mereka sengaja menyasar anak muda dari usia 18 – 30 tahun mulai dari perguruan tinggi, LSM, professional yang bekerja di ASEAN. Sehingga diharapkan mereka bisa memiliki kompetensi dan keterampilan dalam kepemimpinan pemuda dan manajemen bencana melalui semangat sukarelawan dan keterlibatan masyarakat.
Untuk saat ini, kata Alyssa, proses seleksi untuk peserta AYVP masih berjalan. Pendaftaran masih dibuka hingga akhir Maret 2017. Adapun syarat-syaratnya, selain dari ASEAN dan berusia 18-30 tahun adalah memiliki latar belakang pernah menjadi sukarelawan dalam kebencanaan.
Selain diberikan materi dan bertukar pikiran dengan penduduk setempat, para peserta juga nantinya akan bersaing menjalankan proyek selama 3-6 bulan di negara masing –masing. Bagi proposal proyek terbaik dan memenuhi kreteria berdampak dan berkelanjutan dalam keterlibatan masyarakat, akan dipilih sebagai proyek alumni AYVP dan memenangkan hadiah hingga USD 2.000.[]