Asep Saefullah
MAKASSAR, KabarKampus– Aktivitas kampus yang tak mengenal batas waktu merupakan gejala baru yang disebut kultur komunitas kampus tanpa bos dalam dunia akademik. Hal ini disampaikan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Prof Dr Qadir Gassing HT.
Menurutnya, gejala ini ditandai dengan munculnya laboratorium, perpustakaan, situs internet yang tidak mengikuti jam kantor dan selalu dipenuhi pengunjung sampai dini hari.
“Jadi komunitas tersebut tidak terikat oleh waktu. Apa yang terjadi di kampus kita sekarang ini, juga terjadi di kampus-kampus lain. Bukankah ini adalah kultur akademik yang wajar dan patut? Inilah salah satu laboratoria tentang kampus tanpa bos,” katanya seperti dilansir situs UIN Makassar (26/10/2011).
Tanpa kehadiran bos sekalipun, lanjutnya, civitas akademika bergerak kreatif mencari pengetahuan dan mengasah keterampilan. Komunitas kampus tanpa bos tesebut merupakan ciri dari lembaga perguruan tinggi yang berhasil. “Komunitas dan civitas inilah yang akan mengembangkan kultur saling menghormati dengan kriteria utama keunggulan sebagai ilmuan,” imbuh Qadir.
Tetapi jangan salah paham, lanjutnya, jangan menganggap bahwa kultur dan komunitas tanpa bos sama artinya dengan tidak memerlukan pemimpin. Seorang bos yang berkarakter pemimpin malah diperlukan karena pada suatu waktu dan tempat, keputusan perlu diambil.
Dalam konsep komunitas kampus tanpa bos, sang bos yang memimpin adalah sosok yang kreatif dan produktif dalam berperan sebagi pengayom, mitra, dan fasilitator bagi seluruh civiats akademika.
“Agar semua orang yang berada di bawah kepemimpinan dapat mengembangkan secara produktif talenta yang melekat atau yang masih terpendam dalam dirinya,” pungkas Qadir.[]