Ahmad Fauzan
JAKARTA,KabarKampus- Gerakan occupy melanda Jakarta. Sekitar 30 orang dari berbagai profesi duduki taman di belakang kantor Bursa Efek IndonesiaI (BEI), Jumat (21/10). Mereka berasal dari berbagai profesi, mulai dari dosen, aktivis, Ibu rumah tangga, NGO, LSM, profesional, hingga mahasiswa. Perjuangan mereka adalah menolak sistem ekonomi kapitalis.
Mereka berdiskusi mengenai kapitaslisme, kekerasan, ketidakadilan. Hari itu salah satu agenda mereka adalah membacakan puisi Wiji Thukul secara bergantian di taman. Tak sedikit dari mereka yang belum saling mengenal. Sudah tiga hari mereka menduduki BEI. Penyebaran informasi mereka lakukan lewat sosial media seperti twitter dan facebook.
Ikhwan, salah satu partisipan aksi mengaku inilah pertama kali dirinya mengikuti gerakan occupy Jakarta yang diketahui lewat twitter. Ikhwan yang bekerja di organisasi pertanian menggangap gerakan ini sebagai ajang pengorganisasisan rakyat yang potensial karena tidak dibatasi umur dan golongan.
Menurutnya, akibat kapitalisme global petani di Indonesia turut dirugikan. “Dalam hal pertanian, harga komoditas pertanian di Chicago tidak ada hubungan langsung dengan harga pertanian di Garut. Namun harga international menentukan harga hasil tani di sini. Ini akibat 1 persen pemodal, yang mengeksploitasi 99 persen orang-orang yang sudah bekerja keras,” ungkap mantan aktivis mahasiswa Jatinangor ini.
Sari Putri, penggagas gerakan ini mengatakan aksi ini lahir dari spirit gerakan occupy di Amerika Serikat. Gerakan ini bersifat universal, lintas sektor, lintas golongan, tidak ada hirarki, siapapun bisa datang kesini, karena pemodal itu hanya 1 persen dari 99 persen rakyat indonesia.
Aksi ini akan menguasai ruang-ruang publik di Jakarta, salah satunya Bursa Efek Indonesia.
“Kedepannya gerakan ini bisa membangkitkan kesadaran intelektual orang Indonesia, tumbuh besar dan akhirnya bisa meletuskan perubahan yang signifikan, bisa mengubah kebijakan pemerintah, “ ungkap ahli gizi lulusan lulusan international University London Inggris ini.
Sebagai wujud penolakan sistem ekonomi kapitalis, mereka membuat tempat air minum yang dirakit sendiri. Airnyanya dibawa dari rumah-masing.
Bagus Hadi mahasiswa ilmu politik UIN Jakarta mengatakan, air yang dibawa dari rumah adalah bagian dari kampanye air masak sendiri. Gerakan ini merupakan tindakan nyata untuk membendung arus kekuatan dari perusahaan air minum dalam kemasan.
“Tempat air minum tersebut adalah pemberian Koalisi Rakyat Atas Hak Untuk Air yang tengah mengadakan kampanye air masak sendiri dari rumah,” ujar mahasiswa semester 9 ini.
Meski gerakan berlangsung damai tetap dijaga ketat sekitar 30 polisi. Aksi akan berlangsung setiap hari, di taman belakang kantor BEI, Jalan Jendral Sudirman, Jakarta, pukul 13.00 – 17.00. Esok mereka akan kembali ke tempat ini dengan agenda budaya. Bob Sulaiman salah satu peserta aksi mengusulkan mengangkat kembali dongeng yang hilang di Indonesia. Kamu yang mendukung gerakan ini bisa ikuti twitternya di ‘OccupyJKT’ atau facebooknya ‘ Occupy Jakarta’.[]