Ahmad Fauzan
Mengenal Indonesia bisa melalui berbagai cara. Salah satunya melalui penyelenggaraan kegiatan yang berkaitan langsung dengan ikon-ikon budaya. Inilah yang dilakukan oleh Universitas Taruma Negara (UNTAR) dalam Pekan Seni Budaya Untar 2011. Salah satu bentuk kegiatannya adalah melukis payung kertas.
Sekitar 50 perserta dari berbagai SMA dan kampus berkumpul di pelataran depan Gedung Fakultas Ilmu Komunikasi UNTAR, Jakarta, Selasa (22/11) sejak pagi. Mereka siap mengikuti lomba melukis payung. Para juri pun sudah menetapkan syarat yakni gambar-gambar harus mengusung budaya lokal Indonesia.
Para peserta siap dengan berbagai konsep di kepala mereka. Kuas, cat dan payung sudah tersedia. Tinggal digambar. Payung-payung kertas yang semula polos pelan-pelan dipenuhi dengan warna-warni. Hampir semua peserta menggambar simbol-simbol tradisional.
Lisa siswa SMA Theresia, Jakarta, melukiskan barong, wayang dan reog ponorogo. Tak hanya itu ia terus mengeksplorasi lukisannya dengan menambahkan batik pada payungnya. Menurut Lisa, barong, wayang dan reog adalah kebudayaan Indonesia yang terkenal. “Saya menyukainya,” kata Lisa.
Sementara Rahel dari SMAK 1 Penabur, menggabar perempuan berkebaya,ondel-ondel, semar, layang layang, laut, dan motif batik. Sedangkan Roxet mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) UNTAR, menggambar naga Cina dipadukan dengan bunga Bali dan corak batik. Ia ingin menggabungkan dua budaya agar unik.
Dan Reno yang juga mahasiswa DKV UNTAR, memberi unsur kontemporer pada lukisannya, dengan memadukan simbol tradisional dan modern. Ia mengkombinasikan sulur atau parasit, lambang setan dari dayak, api semangat, kembang, dan warna warna ceria. Reno ingin menunjukkan keragaman Indonesia yang penuh semangat.
Peserta bebas mengekspresikan perasaannya pada payung kertas. Beberapa diantaranya juga mengaitkan dengan situasi sosial-budaya saat ini.
Samudro, dosen DKV UNTAR mengungkapkan payung menyebar ke Indonesia pada abad ke-8. Di Cina yang menggunakan payung identik dengan bangsawan. Di Indonesia, payung berkembang di daerah Tasikmalaya, Jawa barat. Payung Tasikmalaya bermotif ornamen Jawa Barat dan Cina. Dia juga menyebut Panglima Cheng Ho sebagai salah satu orang yang membawa kebudayaan Cina sampai di Indonesia lalu berkembang hingga sekarang.
Menurut Samudro dari acara ini diharapkan remaja memahami kecerdasan lokal, diantaranya motif tradisional. Untuk mahasiswa desain, harus mampu mengembangkan ide-ide kreatif dari unsur lokal.
Menurutnya acara budaya seperti ini merupakan perlindunggn dan konservasi budaya. “Makin sering event seperti ini diselenggarakan makin sulit orang lain mengklaim kesenian lokal,” tuturnya.
Pada jam yang sama sedang berlangsung juga lomba kelom Tasikmalaya dan membuat sketsa kehidupan kampus UNTAR. Kemeriahan mengenal Indonesia lewat produk budaya lokal dalam Pekan Seni dan Budaya UNTAR []