Ahmad Fauzan
JAKARTA, KabarKampus – Sekitar 25 mahasiswa dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Indonesia (IMM) menggelar aksi solidaritas di depan Mabes Polri, Jakarta, Sabtu, (24/15). Dalam aksinya mahasiswa melakukan long march dari kantor wali kota Jakarta Selatan menuju Gedung Baharkam Mabes Polri dan melakukan shalat gaib untuk aktivis yang tewas.
Aksi tersebut terkait dengan tindakan represif aparat kepolisian terhadap Front Rakyat Anti Tambang di Pelabuhan Sape di Bima, Nusa Tenggara Barat yang menewaskan sedikitnya dua mahasiswa dan puluhan masyarakat mengalami luka-luka.
Dalam aksi tersebut mahasiswa dan aparat kepolisian sempat cekcok mulut karena shalat gaib yang direncanakan di depan pintu gerbang Mabes Polri tidak diperbolehkan. Kemudian para mahasiswa ini menggelar aksi di depan Gedung Baharkam Mabes Polri.
Menurut ketua umum IMM, Ton Abdilah Has, tindakan represif yang dilakukan aparat kepolisian terhadap pengawalan aksi massa sudah seperti mesin pembunuh.
“Kami mengutuk keras tindakan represif penembakan dan kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisian terhadap masyarakat,” kata Ton.
Mereka juga mendesak kepada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk mengusut tuntas kasus penembakan oleh aparat dan mencabut izin seluruh penambangan yang merusak lingkungan.
Sekjen IMM, Rudi Ismawan menambahkan, Polri yang seharusnya menjaga rakyat justru melakukan kekerasan dan pembantaian terhadap masyarakat. Bahkan menahan sekitar 53 masyarakat, termasuk anak anak dan perempuan.
“Kami menuntut Kapolri untuk memberhentikan secara tidak hormat dan mengadili kapolda, kapolres, dan aparat yang terlibat dalam insiden tersebut,” tegas Rudi.
Rudi juga menginginkan agar indikasi keterlibatan Gubernur NTB dan Bupati Bima terkait pemberian izin tambang tersebut di usut tuntas.
Aksi yang dimulai pukul 22.00, hanya berlangsung satu jam, serta mendapat penjagaan ketat dari puluhan polisi.
Bentrok tersebut terjadi ketika aktivis dan massa menduduki Pelabuhan Sape, Bima, menuntut pemerintah menghentikan aktivitas penambangan di Bima, kemudian polisi mengambil tindakan hukum. Empat orang aktivis yang kabarkan tewas dalam bentrokan tersebut adalah ; Arif Rahman (18), Saiful (17), Ansyari (20) aktivis mahasiswa Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), dan Owen, aktivis LMND.[]