Ahmad Fauzan
Dalam rangkaian Festival Film Jerman, Goethe Institut menyelenggarakan diskusi dengan sutradara Jerman peraih oscar, Florian Gallenberger di Goethe Istitut, Jakarta, Jum’at, (13/0). Pada acara tersebut diputar film pendek karya Florian berjudul Quiero Ser (I want to be).
Film yang memenangan piala oscar pada tahun 2001 tersebut menceritakan dua kakak beradik bernama Juan dan Jorge yang tinggal di Kota Mexico. Mereka adalah anak jalanan yang mendapatkan uang dengan mengamen. Mereka mengumpulkan uang untuk mempunyai usaha balon, namun dalam perjalanannya sang kakak jatuh cinta kepada seorang gadis dan mengambil uang tabungan mereka untuk mentraktir si gadis. Ulah Juan membuat Jorge sang adik memutuskan untuk meninggalkan sang kakak. Beberapa tahun kemudian kehidupan Jorge berubah menjadi sukses dan sang kakak tetap seperti dahulu. Di akhir cerita, mereka bertemu, namun si adik berkeras tak mau menegur sang kakak.
Menurut Florian, pada film tersebut penonton bebas untuk menafsirkan pesan, namun dalam filmnya ia ingin menyampaikan bahwa segala sesuatu ada konsekuensinya, dan setiap manusia berbeda. Ada titik tertentu dimana manusia harus mengambil sikap, sikap sang adik ada konsekuensinya, begitupun sang kakak.
Film berdurasi 35 menit itu terinspirasi ketika ia melakukan perjalan ke Mexico melihat dua orang kakak beradik mengamen di stasiun kereta api, melihat hal tersebut ia bertanya apakah mereka punya mimpi.
Film itu dibuat di salah satu daerah di Mexico yang sangat rawan kriminalitas, namun karena cuek dan kecintaanya terhadap film ia tetap melanjutkan film itu hingga selesai. Karena ketidaktahuannya ia selalu lolos dari tindak kriminal, tetapi ketika pembuatan film tersebut assisten produsernya mengalami tindak kriminalitas.
“Kecintaaan terhadap cerita dan film membuat saya harus menyelesaikan film tersebut,” kata Florian.
Florian dikenal sebagai pembuat film yang khusus membuat film di negara dunia ketiga, ia tidak menentukan harus kemana membuat film, semuanya tergiring dengan sendirinya. Sebagai orang luar ia menganggap apa yang bagi orang orang lain tidak menarik, baginya adalah sesuatu yang menarik. Filmnya Quiero Ser sangat digemari di Eropa Barat, namun kurang digemari di negara dunia ketiga sendiri.
Pengajar di sekolah film Munich tersebut menambahkan, tidak ada kesulitan dalam membuat filmnya karena semua adalah tantangan, dan si pembuat film harus mencari jalan dalam menghadapi tantangan itu, kemudian menyelesaikan film tersebut dan pesannya sampai kepada penonton.
Pada kesempatan itu juga diputar film Shadof of Time, film yang memperoleh penghargaan film feature terbaik di India.
Sutradara kelahiran 1972 itu juga menyabet penghargaan Bavarian Award Film, German Film Award, Academy Award, dan beberapa nominasi festival film untuk film John Rabe. Film tentang usaha kemanusiaan dengan latar belakang pembataian rakyat di Cina pada 1937.
Festival Film Jerman diselenggarakan di lima kota besar di Indoensia dari tanggal 14 -25 Januari, sebanyak 10 Film Jerman yang diproduksi dalam kurun waktu lima akan disajikan dalam festival tersebut. Florian Gallenberger akan menghadiri pembukaan German Cinema yang memutar film John Rabe (2009) di Epicentrum XXI, Jakarta, Sabtu (14/1/2012) pukul 5 sore.[]