Ahmad Fauzan Sazli

JAKARTA, KabarKampus – Sejumlah organisasi mahasiswa yang tergabung dalam Kelompok Cipayung menggelar aksi menolak kenaikan harga BBM. Aksi mereka dimulai dengan berjalan kaki dari Bundaran HI menuju Istana Negara, Selasa, (20/03).
Aksi mahasiswa yang berjumlah sekitar 300 ini merupakan gabungan dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Gerakan Mahasiswa NasionaI Indonesia (GMNI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Addin Jauhari ketua PB.PMII mengatakan subsidi BBM dianggap penyakit kanker yang ganas yang menggerogoti APBN, padahal hutang luar negeri dan belanja birokrasi menyedot hampir 60 persen APBN.
“Lagi-lagi rakyat menjadi korban dikarenakan cuma rakyat yang gampang dibohongi,” kata Addin.
Parlindungan Simarmata, ketua PP PMKRI, menambahkan bahwa kepentingan asing telah menguasai seluruh sumber daya alam Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa Negara kehilangan Kedaulatan terhadap sumber daya alam.
“Rakyat harus memahami bahwa alasan utama pemerintah menaikkan harga BBM adalah kekeliruan pemerintah yang telah menyepakati keputusan pertemuan puncak negara-negara APEC di Hawai, AS November 2011 yakni penghapusan secara bertahap subsidi harga BBM,” kata Parlindungan.
Dalam aksi ini mereka menyatakan sembilan tuntutan kepada pemerintah yakni, tolak kenaikan harga BBM, wujudkan kemandirian energi, tolak liberalisasi ekonomi dan nasionalisasi aset negara yang dikuasai asing, optimalisasi pajak tambahan atas perusahaan minyak, hentikan politisasi BBM, tambahkan kilang minyakan nasional, tangkap mafia perminyakan, hentikan bantuan langsung tunai (BLT), dan hentikan hutang luar negeri.
Selain longmarch dengan berjalan kaki, sejumlah mahasiswa ini juga menggunakan sepeda ontel sebagai simbol keprihatinan atas melambungnya harga BBM dari Bundaran HI menuju Istana Negara. Aksi yang dijaga ketat oleh pihak kepolisian ini kemudian dilanjutkan ke DPR/MPR RI.[]






