Ahmad Fauzan
JAKARTA, KabarKampus – Sejumlah tokoh masyarakat, pemuda, agama, serta adat memberikan dukungan mereka kepada gerakan mahasiswa dalam memimpin perlawanan rakyat di Galeri Cafe, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis, (01/03). Diskusi yang bertajuk Seruan Bersama dan Dukungan Terhadap Gerakan Mahasiswa Untuk Memimpin Perlawanan Rakyat Hingga Titik Darah Penghabisan tersebut terkait dengan rencana pemerintah dalam mencabut subsidi BBM.
Dukungan itu diberikan oleh antara lain, KH. Maman, Romo Christo, Pendeta Roy, Haris Rsuly, Adhie M Massardi, Rieke Diah Pitaloka, Ratna Sarumpaet, Adian Napitupulu, Agus Jabo Priyono, Masinton Pasaribu, Fuad Bawazier, Bambang Beathor Suaryadi, Eggi Sudjana, Permadi, Hatta Taliwang, Indro Tjahyono, Muhtar Sindang, Mustar Bonaventura, Cokro Wibowo, Yudi Hari Wibowo, Salamuddin Daeng, Adrian Romico.
Rieke Diah Pitaloka, politisi dan anggota DPR dari Partai PDIP mengatakan, ia akan mendukung gerakan mahasiswa selama gerakan itu betul betul menginginkan perubahan di masyarakat, perubahan yang memberikan rasa kemanusian dan keadilan untuk masyarakat.
“Seperti gerakan mahasiwa menolak kenaikan BBM ini, dulu saya melakukan gerakan yang sama mengkritisi hal yang sama,” kata Rieke.
Menurutnya, dari dulu alasan harga minyak dunia naik, sebagai alasan harga BBM di Indonesia harus naik, tapi ketika harga minyak turun, harga bbm di Indonesia tidak pernah turun. Kenaikan BBM ini jangan dilihat dari satu kaca mata kuda, yaitu untuk penghematan APBN dan pencabutan subsidi sebagai alasan satu-satunya, padahal disisi lain pemerintah juga menaikkan gaji PNS.
“Bila langkahsaya di DPR itu untuk memperjuangkan rakyat terganjal, saya akan turun ke jalan dengan teman teman ekstra parlementer termasuk di dalamnya mahasiwa, buruh, tani, dan nelayan,” ungkap Rieke.
Senada dengannya, Ilhamsyah dari Serikat Buruh Indonesia juga menyatakan dukungannya kepada gerakan mahasiswa untuk melakukan perubahan. Menurutnya situasi gerakan mahasiswa sama dengan gerakan rakyat dan gerakan rakyat saat ini mempunyai daya desak bahkan bisa menjatuhkan rezim.
“Menyatukan kekuatan perlawanan adalah hal yang pokok dalam gerakan mahasiswa,” kata Ilham.
Ilham mengungkapkan, bahwa pada tahun 2005 kenaikan bbm mencapai 100 persen lebih, tapi kita tidak mampu membendungnya. Mengapa rakyat yang melawan hanya beberapa ribu orang, padahal rakyat yang merasakan kenaikan itu ratusan juta orang. Menurutnya mahasiswa harus memberikan sosialisasi mengenai dampak kenaikan BBM tersebut, tidak hanya konvoi di kampus tapi ada di kawasan industri dan di kawasan miskin.
Diskusi yang berlangsung selama dua jam ini penuh dengan semangat perjuangan. Sejumlah mahasiswa telah memutuskan untuk membangun posko tolak kenaikan BBM dan demo secara besar-besaran pada tanggal 12 Maret dan 27 Maret 2012.[]