Rina Alexandra
YOGYAKARTA, KabarKampus–Anak muda Indonesia meyakini pendidikan adalah jaminan masa depan. Sayangnya, biaya pendidikan Indonesia mahal.
Tentulah biaya pendidikan bukan permasalahan utama bagi anak muda yang berasal dari keluarga mampu. Tapi bagi mereka yang berasal dari keluarga miskin, kecilnya kesempatan mengenyam dunia pendidikan, membuat masa depan itu menjadi suram.
Pamela Nilan seorang Guru Besar Universitas Newcastle, Australia, dalam kuliah umum “Indonesian Youth in the New Millenium: What Do They Think Lies Head”, di Fisipol UGM, Yogyakarta, Senin (11/6), menyatakan bahwa salah satu penyebab utama anak muda Indonesia tidak mempunyai peluang besar di masa depan adalah biaya pendidikan yang mahal.
Menurut Nilan, anak muda dari kelas sosial bawah cenderung melihat bahwa kurangnya uang, akses, kesempatan, dan sumber daya sebagai hambatan untuk meraih kesuksesan.
“Berbeda dengan anak muda dari kelas sosial atas, hambatan untuk meraih sukses justru terletak pada sifat negatif dari diri mereka sendiri,” ujar Nilan.
Dalam kuliah umum tersebut, Nilan juga memaparkan rata-rata anak muda menginginkan pekerjaan yang lebih baik daripada orang tua mereka.
Data tersebut diperoleh melalui survei yang dilakukan oleh Nilan terhadap ribuan pemuda yang berada di Jakarta, Bali, Solo, Jogjakarta, Banjarnegara, Lombok, Flores, Sorowako, dan Sumatra Barat.
“Mereka menganggap masa depan baik apabila mendapatkan akses pendidikan yang lebih baik. Mayoritas menginginkan karier dan pekerjaan yang lebih baik daripada orang tua mereka sebelumnya.”
Sepertiga dari pemuda yang disurvei menginginkan pekerjaan profesional. Sementara kalangan perempuan menginginkan pekerjaan profesional dibanding laki-laki. Sebagian besar dari mereka menginginkan bekerja di sektor privat (swasta), hanya 7,6% tertarik pada pekerjaan sebagai pegawai negeri.
Beruntunglah KaKa yang bisa mengenyam pendidikan saat ini.[]
