Frino Bariarcianur
JAKARTA, KabarKampus—Kasus kejahatan seksual tidak memandang tempat. Kementerian Pendidikan diminta bangun sistem pencegahan dan penanganan awal korban kekerasan seksual di lembaga pendidikan.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Justina Rostiawati ketua subkomisi Pendidikan, Komnas Perempuan terkait kasus yang menimpa RI. Bocah malang itu meninggal pada hari Minggu, 6 Januari 2013 sekitar pukul 06.00 WIB di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. RI tidak sadar selama kurang lebih seminggu. Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan RI juga mengalami infeksi pada organ intimnya.
Kasus mengenaskan ini membuat publik gelisah. Komnas Perempuan angkat bicara. Dalam pernyataan tertulisnya, Komnas Perempuan meminta kementerian pendidikan memastikan lembaga pendidikan umum dan agama untuk mengajarkan hak dan tanggung jawab terhadap kesehatan reproduksi sejak dini.
“Bangun mekanisme pencegahan dan penanganan awal korban kekerasan seksual di sekolah, termasuk membangun tempat pengaduan di sekolah-sekolah,” kata Justina dalam pernyataan tertulisnya tertanggal 6 Januari 2013.
Selain RI, gadis bernama V juga mengalami pencabulan oleh seorang mahasiswa. V kecewa karena mahasiswa yang tengah menjalani persidangan di pengadilan Depot tidak mau bertanggung jawab. V diancam jika tak melayani nafsu sang mahasiswa, video rekaman akan disebar. Mahasiswa yang anak wakil rektor tersebut kini berstatus terdakwa.
Sementara Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) beberapa waktu lalu mengeluarkan pernyataan tertulis perihal kekerasan seksual di Indonesia. KPAI menyatakan di Sumsel terdapat 234 kasus kekerasan pada anak dan 80 persen adalah kasus pemerkosaan. Di Nganjuk Jawa Tengah berdasarkan data Womens Crisis Centre terdapat 24 kasus pemerkosaan dan pencabulan anak.
Angka kekerasan seksual ini meningkat. Bagaimana Pak Menteri, Anda peduli atau tidak?.[]
