Adima
BANDUNG, KabarKampus-Indonesia akhirnya memiliki sebuah fasilitas uji doping. Meski belum beroperasi, kehadiran laboratorium ini menarik untuk disimak. Maklum, selama ini pengujian sampel doping kerap dilakukan di luar negeri seperti Jepang, Malaysia, dan Thailand.
Fasilitas canggih ini berdiri di salah satu sudut kampus Institut Teknologi Bandung (ITB). Pembangunannya menggunakan dana dari Kementerian Pemuda dan Olahraga. “Untuk pembangunan gedung dananya mencapai Rp 20 miliar lebih,” kata Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi ITB, Wawan Gunawan di Bandung, Senin (28/01/2013).
Sedianya laboratorium itu diserahterimakan ke pihak ITB pada hari awal pekan ini. Namun, masih ada beberapa bagian yang belum selesai pengerjaannya. “Masih disempurnakan ruang auditorium, toilet, audio visualnya,” tambah Wawan.
Rencana pembuatan laboratorium itu dimulai saat Andi Mallarangeng, yang masih menjabat Menteri Pemuda dan Olahraga, memberikan kuliah umum di ITB pada tahun 2008 silam.
Menurut Wawan, pembuatan laboratorium itu sudah mendapatkan pengesahan dari World Anti Doping Agency yang bermarkas di Jepang. Untuk memenuhi standar internasional, laboratorium itu harus bisa memeriksa sedikitnya 3 ribu sampel dalam setahun.
“Kapasitas kita mungkin bisa sampai 5 ribu sampel doping,” kata Wawan.
Saat ini, fasilitas laboratorium itu masih terbatas untuk kebutuhan riset dan pengembangan teknologi Sekolah Farmasi ITB.
Wawan mengungkapkan, pihaknya sudah mengajukan kebutuhan dana untuk pengadaan peralatan ke Kementerian Pemuda dan Olahraga sebesar Rp 130 miliar. Pengajuannya dilakukan pada bulan Desember 2012 lalu.
Secara fisik, bangunan itu berada di dalam komplek ITB dengan luas total sekitar 3.876 meter persegi. “Total ada lima lantai termasuk basement,” kata dia sembari menambahkan laboratorium uji berlokasi di lantai 1-3
Pembangunan laboratorium uji doping ini termasuk salah satu proyek Rancangan Pembangunan dan Penataan Kampus ITB Tahun 2012 – 2014. []
