Frino Bariarcianur
Tampilan Google Indonesia berbahasa Bali. Ilustrasi dibikin oleh Putu Wiadnana (Bobbo)
DENPASAR, KabarKampus-Sebanyak 45 mahasiswa Bali berhasil menterjemahkan bahasa Bali pada halaman Google Indonesia. Kerjasama yang diinisiasi oleh basabali.org dan Yayasan Dwijendra ini mengukuhkan pentingnya bahasa daerah dalam pergaulan internasional.
Windhu Sancaya, kepala ahli bahasa untuk BASAbali.org menyatakan rasa syukur terhadap keberhasilan mahasiswa Bali yang turut membantu proses penterjemahan. Menurut Windhu Sancaya, hasil penterjemahan bahasa Bali di Google merupakan kemajuan luar biasa bagi masyarakat Bali.
“Kami berharap akan membantu mengembangkan bahasa Bali, khususnya di kalangan anak muda masa kini yang suka menggunakan internet dan teknologi informasi lainnya,” ungkap Windhu Sancaya yang juga sebagai pengajar Sastra di Universitas Udayana Bali.
Atas keberhasilan ini pihak Google Indonesia pun menyatakan apresiasi tinggi terhadap keberhasilan penterjemahan bahasa Bali untuk Google Indonesia.
“Kami sangat berterima kasih atas dedikasi mereka membantu kami menerjemahkan antarmuka pencarian halaman depan Google,” ujar Head of Country Google Indonesia, Rudy Ramawy dalam pernyataan tertulisnya kepada jurnalis, Jumat lalu (15/02/2013).
Google Indonesia menyadari bahasa daerah penting dalam pergaulan global saat ini. Kepada generasi muda Indonesia, mereka berharap generasi muda sadar untuk melestarikan dan mengembangkan bahasa daerahnya masing-masing.
Dengan demikian sudah dua bahasa daerah yakni bahasa Jawa dan Bali yang telah menjadi bahasa pergaulan internasional di halaman depan Google.
Bahasa Bali sendiri digunakan oleh 4 juta orang, baik di Pulau Bali mau pun di seluruh daerah Indonesia dan dunia. Proses penerjemahan bahasa Bali dilakukan pada bulan Maret-April 2012. Proses penterjemahan ini melibatkan ahli bahasa dari Universitas Udayana, Yayasan Dwijenda, Balai Bahasa Bali.
“Kami berharap bahasa Bali di Google akan memudahkan lebih banyak lagi pengguna internet menemukan informasi yang mereka butuhkan,” ungkap Rudy.
Kapan bahasa daerah KaKa “nangkring” di Google Indonesia? []
