Endah Kemala
Gambaran kampus dahulu, banyak mahasiswa di beberapa “spot” tongkrongan kampus sibuk dengan buku-bukunya yang tebal. Mulai dari buku sastra, novel, buku materi kuliah, hingga buku-buku filsafat yang “berat”.
Berbeda dengan mahasiswa jaman sekarang. Dimana buku ensiklopedia fungsinya hampir tergantikan oleh “mbah google”. Jadi yang terlihat mahasiswa sibuk dengan gadgetnya. Benda ajaib ini menjadi sarana pengganti para mahasiswa untuk mencari informasi.
Memiliki gadget sudah bukan lagi kebutuhan sekunder, namun kebutuhan primer. Mahasiswa yang nggak bisa memanfaatkan gadget akan dianggap kuno, ketinggalan zaman, gak gaul serta gagap teknologi.
Terlepas dari itu semua, gadget memang memiliki banyak manfaat sebagai media komunikasi dan informasi. Dengan gadget, seakan-akan kita dapat menggenggam dunia. Bila surat kabar ibu kota baru menerbitkan sebuah tabrakan Rasyid Rajasa, maka dengan menggunakan gadget kita dapat mengetahui kejadian itu 10 menit setelah kejadian. Tidak hanya dari media massa online, bahkan dari status FB atau twitter.
Akankah peran buku digantikan dengan gadget yang bisa menampung banyak data informasi itu? Namun, jangan terlalu yakin jika gadget akan selalu memenangkan pertarungan, mari kita lihat masing-masing kelemahan dan kelebihan keduanya.
Gadget
Sepeti yang telah kita rasakan, tidak hanya keren, gadget adalah alat komunikasi yang sangat praktis dan efektif. Selain itu, harga gadget sekarang juga bervariasi. Sudah banyak produsen alat komunikasi yang berkompetisi di pasaran untuk membuat gadget seefisien mungkin dengan harga terjangkau. Kamar kamu juga tidak akan berantakan dengan tumbukan buku yang malas dibereskan.
Pada saat kita membutuhkan informasi dengan sangat cepat, maka kita langsung dapat browsing melalui gadget. Tinggal buka Google atau Yahoo, masukan kata kunci, maka ribuan artikel mengenai informasi yang kita butuhkan segera muncul. Tanpa harus berlama-lama di toko buku, atau BT karena harus membaca lembar perlembar. Selain itu, informasi yang kamu dapatkan melalui dunia internet juga sangat murah. Tinggal beli paket prabayar, dan browsing sepuasnya di gadget kamu. Praktis, murah dan mudah lagi.
Namun, jangan kira semua kemudahan itu tidak akan berdampak negatif bagi kamu.
Internet adalah wadah yang bebas digunakan oleh semua orang. Setiap orang akan mudah memiliki blog atau web pribadi, dan menuliskan semua opininya, walaupun ia tidak berkompeten. Hal ini membuat kita dengan mudah termakan isu-isu yang faktanya belum terbukti benar.
Selain itu berbagai informasi dapat sembarangan ditulis tanpa sumber yang terpercaya. Karakter artikel yang hanya menjelaskan sebuah permasalah dengan tulisan pendek, dan tidak berbelit-belit, membuat kamu tidak terbiasa untuk mengasah kemampuan otak dalam menganalisis masalah. Begitu pula dengan pemberitaan di media online yang hanya sekilas, diulas kurang tajam dibandingkan majalah atau buku.
Perlu kamu ketahui, berdasarkan data The American Optometric Association (AOA) atau Asosiasi Dokter Mata di Amerika, seperti dilansir LIFESTYLE.KONTAN.CO.ID, pasien penyakit mata yang diakibatkan komputer atau Computer Vision Syndrome (CVS) telah mencapai 15 juta orang.
Belum lagi karena ukuran layar gadget ini lebih kecil dari komputer, diprediksi jika penderita sakit mata jumlahnya akan bertambah. Potensi sakit mata terutama datang dari LCD backlit di layar gadget. Sebab radiasi LCD backlit akan membuat otot mata menjadi lebih mudah lelah. Tidak hanya itu, seringkali pikiran mahasiswa teralihkan untuk hal-hal aneh dan nakal, seperti browsing yang aneh-aneh, main game hingga ejek-ejekan di twitter bersama teman-teman dari pada diskusi di kelas.
Buku
Mungkin buku memang terkesan ketinggalan jaman, dan gak praktis untuk mendapatkan informasi. Belum lagi dengan harga yang relatif mahal, membuat enggan membeli buku. Kamu yang ga punya penghasilan, hanya berharap dari ortu, membeli buku bisa-bisa bikin jatah makan dan kencan berkurang.
Untuk membaca dan memahami sebuah buku juga terkadang sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Belum lagi pembahasannya yang sangat banyak, membuat kita harus pelan-pelan mengulik kerangka pikir sang penulis. Kita harus membuka lembar demi lembar untuk mendapatkan informasi yang sesuai.
Tapi, buku juga memiliki kelebihan dibanding gadget. Membaca buku akan melatih logika berfikirmu. Kamu tidak langsung disuapi oleh opini dari penulis, namun ada banyak penjabaran yang dikemukakan penulis dalam kerangka pikirnya untuk memahami sebuah masalah.
Jangan salah, membuat sebuah buku itu membutuhkan riset yang sangat lama. Para penulis mengolah data-data sedemikian rupa, ditambah fakta-fakta pendukung ditambah pemikiran penulis sehingga membuat buku tidak mudah. Tugas penulis mengolah semua informasi itu menjadi tulisan yang mudah dimengerti pembaca.
Nah, bagaimana pendapatmu? Lebih greget gadget atau buku. Jika lebih suka gadget, awas lho, jangan sampai kamu lebih pintar ngegosip di twitter dari pada debat di kelas!