Ahmad Fauzan Sazli
Sa’ban mahasiswi Unas memimpin aksi menuntut SBY mundur di depan Istana Negara, Jumat, (08/03/2013). FOTO : AHMAD FAUZAN SAZLI
JAKARTA, KabarKampus – Aksi menuntut SBY Boediono mundur di Istana negara tak hanya diikuti oleh mahasiswa saja. Sebanyak lima mahasiswi pun turut menyuarakan kekecewaan mereka terhadap SBY.
Dalam aksi itu sejumlah mahasiswi turut melakukan orasi bahkan memimpin aksi. Salah satunya adalah Sa’ban, mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Nasional. Dalam kesempatan itu Sa’ban dengan lantang menyerukan kepada mahasiswa untuk melakukan perlawanan terhadap SBY.
“Kalau negera kita ingin maju, rezim harus diganti,” kata Sa’ban dalam orasinya di depan Istana, Jumat, (08/03/2013).
Menurutnya, SBY sudah dua kali diberi kepercayaan oleh masyarakat, namun dia tidak mampu mengemban kepercayaan itu. “SBY itu cuma bisa prihatin, tapi tidak mau turun ke jalan,” terangnya.
Ditemui disela-sela aksi, Sa’ban menjelaskan bahwa, dirinya ingin menyuarakan kekecewaannya terhadap SBY. Bagi Sa’ban tidak hanya laki-laki saja yang mampu kritis dan dapat menyuarakan aspirasinya.
“Perempuan juga mampu berpikir dan bisa membuat perubahan,” kata Sa’ban.
Sa’ban mengungkapkan, bahwa baik mahasiswa maupun mahasiswi sama-sama agen of change. Semuanya punya kemampuan untuk melakukan perubahan.
Sementara, itu Rere mahasiswi Komunikasi Unas, menambahkan bahwa meski mereka perempuan mereka tidak takut berhadapan dengan polisi. “Bagi saya ini sudah menjadi resiko demontrasi. Untuk hal itu kami sudah mempersiapkannya,” tambah Rere.
Dalam aksi tersebut, dari sekitar 100 mahasiswa, sebanyak lima mahasiswi ikut dalam aksi aksi di depan Istana tersebut. Aksi tersebut berlangsung ricuh.[]