Ahmad Fauzan Sazli
Robert Robertus, Dosen Sosiologi Universitas Negeri Jakarta. FOTO : AHMAD FAUZAN SAZLI
JAKARTA, KabarKampus – Robert Robertus, dosen sosiologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mengatakan bahwa setelah 15 tahun reformasi keaktoran mahasiswa saat ini sudah bergeser. Mahasiswa tidak muncul dalam format masa lalu.
Robert menjelaskan, meski mahasiswa tidak muncul dalam format masa lalu, namun tidak perlu dikhawatirkan, karena bukan tugas mahasiswa untuk bergerak. Mahasiswa bergerak memang karena mereka memiliki budaya kritis dan inteletualitas yang tumbuh di kampus.
“Karena tugas mahasiswa belajar, maka mahasiswa akan lebih mudah memahami persoalan kemasyarakatan. Dan bila ada persoalan mendalam terhadap situasi sosial di masyarakat maka maka mahasiswa akan bergerak,” kata Robert kepada KabarKampus di kantor Kontras, Jakarta, Senin, (20/05/2013).
Menurut Robert, kalau dilihat dari sejarah, peran sosial politik mahasiswa muncul karena kekuatan intelektual mahasiswa. Dan ketika orde baru kekuatan itu muncul dari kelompok yang independen, yakni kelompok mahasiswa yang tidak terkoptasi oleh negara.
Robert mengungkapkan, baginya tidak masalah mahasiswa tidak muncul. Namun yang lebih penting mahasiswa membangun kekuatan epistemik, mengorganisir kekuatan ide terus menerus. Sehingga saat diperlukan mereka bisa turun.
“Mahasiswa adalah lokomotif kehidupan di dalam kampus, bukan diluar kampus. Jadi ketika situasi sosial meengganggu secara total dan rasionalutas intelektual mereka mereka akan muncul,” ungkap Robert.
Namun, menurut Robert, saat ini mahasiswa lebih banyak terdomaintifikasi di kehidupan kampus. Mereka nyaman dengan ruang domestiknya. Sementara sebagian mahasiswa juga terserap ke dalam institusi kepolitikan formal, seperti underbow partai politik. “Dan dan itu mengecewakan,” katanya.
“Bahkan mahasiswa sekarang banyak cengengesan di depan televisi, di depan show-show tertentu.[]
