ABC AUSTRALIA NETWORK
LSM World Vision Australia mengatakan arus urbanisasi dan tingginya biaya hidup di Ibukota Papua Nugini, Port Moresby telah memicu banyak anak melacurkan diri.
Pelacuran dan pelecehan seksual pada anak telah lama diidentifikasikan sebagai isu penting di Papua Nugini. Direktur World Vision Papua Nugini, Dr. Curt von Boguslawski, meyakini permasalahan ini terus memburuk.
“Sejumlah laporan menunjukan semakin banyak anak-anak yang termarjinalkan masyarakat di Papua Nugini, terutama di pusat perkotaan. ”
“Saya hendak mengatakan telah terjadi peningkatan kasus penyiksaan dan pelecehan seksual terhadap anak-anak. Meskipun tidak ada data yang pasti.”
Surat Kabar Post Courier melaporkan pada pekan ini, jumlah pekerja seksual meningkat 30% sejak tahun lalu.
Dr. Boguslawki mengatakan arus urbanisasi, tingginya biaya hidup di kawasan seperti Port Moresby dan besarnya angka pengangguran menjadi penyebab peningkatan jumlah pekerja seks di daerah tersebut. Boguslawski juga menyebut perpecahan keluarga dan anak-anak yang tidak terurus juga turut menyumbang permasalahan tersebut.
“Sejumlah anak menjadi terpinggirkan di masyarakat dan mereka tidak bersekolah atau tidak ada diurus, mereka kemudian berkeliaran di Port Moresby dan juga dipersimpangan dimana mereka bisa membuat kina.”
Di Papua Nugini menggunakan jasa pelacur anak atau mengajak anak-anak menjadi pelacur merupakan pelanggaran hukum. Tapi menurut Dr. Boguslawski penegakan aturan tersebut sangat lemah.
Sebuah laporan yang diterbitkan Universitas Nasional Australia di Canberra menemukan kasus dimana seorang anak masih mungkin dituntut karena menjadi pelacur anak.
“Kita tidak bisa menutup mata, masalah ini sangat nyata, Kita harus menanganinya,” tegas Boguslawski. []
SUMBER : RADIO AUSTRALIA