ABC AUSTRALIA NETWORK
Bentrokan saat unjuk rasa terjadi diantara pendukung dan penentang Muhammad Mursi kembali terjadi. Di kota Alexandria, lima orang tewas. Korban tewas ini menambah jumlah korban yang sudah mencapai 200 orang dalam kurun waktu tiga minggu terakhir.
Lima orang tewas dalam bentrokan yang terjadi di tengah unjuk rasa antara para pendukung dan penentang Presiden Mesir, Muhammad Mursi yang telah digulingkan.
Korban tewas dilaporkan terjadi di kota Alexandria, sementara puluhan ribu orang turun ke jalan-jalan di Kairo.
Di Kairo, kerumunan menghiraukan panggilan dari Jenderal Abdel Fattah al-Sisi untuk memberinya mandat agar bisa menyelesaikan permasalahan. Para pengunjuk rasa terlihat mengangkat poster dan foto-foto Jenderal Abdel Fattah.
Sementara para pendukung Mursi menuntut agar Mursi bisa kembali ke kursi kepemimpinannya.
Kantor berita MENA melaporkan lima orang yang tewas menjadi korban bentrokan unjuk rasa yang dilakukan oleh kedua kubu. Bentrokan tidak bisa dihindarkan, meski sejumlah besar polisi dan tentara telah diturunkan. Sementara korban terluka mencapai 50 orang.
Ratusan orang terlibat bentrokan di Alexandria dan terdengar suara tembakan yang disambut dengan lemparan batu dari atap gedung-gedung.
“Pendukung Mursi akan menyebabkan kita kembali ke masa lalu, ini bukanlah demokrasi,” ujar seorang wanita pendukung militer. “Ini juga bukan upaya kudeta, melainkan revolusi.”
Tujuh pengunjuk rasa juga dilaporkan terluka di kota Damietta. Total korban yang tewas dalam unjuk rasa di Mesir dalam tiga pekan terkakhir telah mencapai 200 orang.
Titik balik konfrontasi pendukung Mursi
Tentara telah membuat kejelasan bahwa unjuk rasa besar-besaran yang terjadi pada hari Jumat pekan lalu adalah titik balik konfrontasi dengan pendukung Mursi. Konfrontasi ini telah terjadi selama beberapa dekade, hingga akhirnya berhasil memenangkan pemilihan umum untuk menggantikan Hosni Mubarak.
Tetapi pemerintahan Mursi hanya bertahan selama setahun, dengan merosotnya perekonomian Mesir, maka turun juga pamor Morsi.
“Pendukung Mursi telah mencuri upaya revolusi kita,” ujar Salah Saleh, warga yang juga mengkritik Mursi karena tidak mau berbagi kekuasaan dan akhirnya gagal mengatasi sejumlah masalah di Mesir.
“Mereka datang, lalu duduk di tahta kekuasaan dan mengendalikan segalanya,” tambahnya.
Puluhan orang, baik pria, wanita, dan anak-anak di kawasan sebelah utara Kairo, bergabung dengan pendukung Mursi.
“Apa yang terjadi sekarang ini bisa jadi kemenangan terhadap kudeta atau upaya bunuh diri,” ujar Muhammad Al-Baltagy, politisi senior pendukung Mursi.
Pihak militer telah memperingati akan menggunakan senjata bagi siapa pun yang menggunakan kekerasan, sementara pendukung Mursi mengancam akan adanya perang sipil.
“Para pendukung Mursi telah menyimpang dari ajaran Islam,” ujar Gamal Khalil, seorang sopir taksi.
“Pihak militer adalah institusi paling jujur di negara ini. Mereka membuat keluarga kami aman,” tambahnya.
Tuduhan Mursi bersengkokol dengan Hamas
Berbagai tuduhan menyerang Mursi, termasuk berkonspirasi dengan militan Palestina, Hamas.
Mursi dituduh bersengkokol dengan Hamas dalam serangan yang menewaskan aparat kepolisian dan pembobolan penjara saat terjadi upaya penggulingan mantan presiden Husni Mubarak.
Mursi kemudian ditahan oleh pemimpin kelompok “Islamic Brotherhood” pada tanggal 27 Januari 2011, beberapa jam setelah kelompok Islam menyatakan akan bergabung bersama untuk memberontak melawan Mubarak. Mereka kemudian melarikan diri dari penjara.
Mursi juga dituduh melakukan pembunuhann dan penculikan terhadap beberapa tahanan dan petugas penjara, tentara,” demikian laporan MENA.
Mursi juga dituduh melakukan operasi di penjara dengan membiarkan para penjaga dan petugas penjara melarikan diri, termasuk dirinya sendiri.
Pihak militer kini tetap merahasiakan keberadaan Mursi untuk mencegah protes dari para pendukungnya.
Sementara itu Amerika Serikat telah memutuskan untuk tidak menyebut upaya penggulingan militer sebagai kudeta.
Jika ini adalah usaha kudeta maka bantuan senilai AS$ 1,5 miliar bisa dihentikan, ujar salah satu pejabat di Amerika Serikat.Tetapi pihak Washington menangguhkan pengiriman empat pesawat tempur jenis F-16.[]
SUMBER : RADIO AUSTRALIA