ABC AUSTRALIA NETWORK
Tujuh tahun lalu, Ibu Tina dan keluarganya memutuskan membuka restoran Indonesia pertama yang menyajikan gudeg. Siapa sangka restorannya kini semakin dikenal di komuitas Indonesia dan menarik perhatian warga Australia lainnya.
Jika Anda berkunjung ke Melbourne, jangan lupa untuk mampir ke daerah Clayton.
Clayton berada sekitar 19 kilometer sebelah tenggara kota Melbourne, yang bisa dengan mudah dicapai dengan menggunakan kereta atau bis.
Kawasan ini adalah salah satu daerah yang dihuni oleh banyak imigran dari beragam etnis. Karenanya, Anda bisa menemukan dan menyicipi beragam jenis makanan dari kawasan Asia, seperti India, China, bahkan dari Indonesia.
Di kalangan komunitas Indonesia, Clayton seringkali diplesetkan menjadi Klaten. Di sinilah Anda bisa menemukan satu-satunya restoran yang khusus menjual gudeg di Melbourne.
Warung Gudeg dimiliki oleh ibu Tina dan keluarganya, yang sudah tinggal di Australia selama puluhan tahun. Sebelum memiliki Warung Gudeg, Ibu Tina sudah melalui berbagai macam jenis pekerjaan.
“Saya pertama kali ke Melbourne membantu teman saya yang punya kos-kosan. Kemudian saya pernah juga kerja sebagai koki di restoran, tapi bertahan hanya setengah tahun,” tuturnya. “Setelah itu saya diajak oleh teman saya yang baru pindah untuk membantu mengurus anak-anaknya, hingga kemudian saya membuka usaha katering sendiri.”
Warung Gudeg di Clayton sudah cukup populer di kalangan komunitas Indonesia. Banyak pelanggan yang rela berpergian jauh demi mencicipi makanan khas Jogja ini. Salah satunya adalah Agnes. “Rasanya enak, sama dengan di Jogja. Saya juga senang dengan tempatnya, karena mudah dicari,” katanya.
Menu yang populer tentu saja Gudeg Komplit, lengkap dengan kerecek, telur, opor ayam, tak ketinggalan kerupuk. Selain gudeg, ada juga makanan khas Indoenesia lainnya, seperti iga bakar dan sate.
Tetapi, apakah susah mendapatkan bahan-bahan untuk membuat gudeg ini? Memangnya ada buah nangka di Australia?
“Kalau buah nangka sangat jarang di Australia. Kalau pun ada, ya harganya mahal. Saya menggunakan nangka dari Thailand, tetapi kalau bumbu-bumbunya saya racik sendiri dan benar-benar segar, bukan bumbu instan,” akunya.
Ibu Tina dan keluarganya adalah salah satu portret bagaimana warga Indonesia bisa juga sukses berbisnis di luar negeri. []
SUMBER : RADIO AUSTRALIA