Ahmad Fauzan Sazli
LAMPUNG, KabarKampus – Alumnus Universitas Lampung (Unila) mengembangkan pesawat tanpa awak. Pesawat yang dikembangkannya ini mampu mendeteksi gejala-gejala sebeum bencana terjadi.
Alumnus Unila tersebut adalah M. Rizky Wiguna Utama, alumni Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro, Unila 2008. Pesawat buatannya ini mampu terbang sesuai keinginan pengendalinya.
Rizki mengatakan, ia membuat pesawat ini karena termotivasi dengan berbagai persoalan terkait bencana alam di lampung. Seperti Gunung Anak Krakatau yang terus terbatuk-batuk, longsor, termasuk pemetaan lokasi yang selama ini dilakukan dengan pesawat komersial.
Menurutnya, pesawat tanpa awak bekerja dengan sebuah prosesor canggih. Namanya chip microcontroller AT mega 2560.
Selain itu pesawatnya ini juga dilengkapi sensor barometer untuk mengukur tekanan udara, sensor gyro untuk mempertahankan orientasi, sensor akselerometer, dan GPS (global positioning system). Hasil foto udara dianalisis dengan sensor untuk menggantikan kamera dan spektrum merah dan komunikasi wireless.
Rizky menjelaskan, pesawat ini pernah untuk pengujian pemetaan daerah di Kecamatan Seputih Timur, Lampung Tengah dan digunakan untuk pemetaan penggalian pasir di Lampung Timur sebagai antisipasi upaya merusak lingkungan.
Selain itu, menurutnya pesawat ini juga dapat digunakan juga memetakan bencana alam, menjaga ekosistem hutan, dan membidik perilaku hewan. ’’Di Australia, pesawat serupa ciptaan saya ini, pernah dicobakan untuk mengetahui tindakan peternak terhadap hewan,’’ katanya.
Ia mengungkapakan, pesawat yang memiliki teknologi full autonomous quadcopter ini memiliki empat baling-baling yang mampu membawa beban. ’’Pesawat jenis ini dapat kita setting dan bisa mendarat otomatis,’’ jelasnya.
Rizky berharap ciptaannya dapat digunakan untuk kepentingan sosial umat manusia. Seperti menganalisis bencana alam dengan kerja sama tim search and rescue (SAR) dan memprediksi letusan gunung berapi serta memetakan jalur evakuasi.[]
Sumber : Radar Lampung