Ahmad Fauzan Sazli
Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya mengembangkan aplikasi untuk terapi anak-anak autis. Karya yang diberi nama TEACCH ini telah berhasil mendapatkan double penghargaan dalam Pagelaran Mahasiswa Nasional bidang Teknologi (Gemastik) 6.
Mahasiswa tersebut adalah Nurul Wakhidatul Ummah, Muhammad Rizky Habibi, dan Mentari Queen Glossyta. Ketiganya adalah mahasiswa Jurusan Teknik Informatika ITS.
Ide aplikasi ini muncul ketika Muhammad Rizky Habibi melihat ada suatu aplikasi untuk orang berkelainan mental di Brunei Darussalam. Ia merasa bahwa sebenarnya Indonesia juga memerlukan aplikasi seperti itu.
”Jika Brunei bisa menciptakannya, mengapa Indonesia tidak?” kata Nurul Wakhidatul Ummah.
Berawal dari sana, Nurul Wakhidatul Ummah bersama kedua temannya mencari yayasan autis untuk riset ide mereka. Yayasan ini juga akan dijadikan praktik aplikasi yang mereka buat.
Setiap sebulan hingga seminggu sekali mereka mengunjungi yayasan tersebut. Dari situ mereka mengetahui bagaimana pola kebiasaan anak-anak autis. ”Selama ini kan mereka biasa diberi terapi autis secara konvensial, padahal setelah diketahui mereka sebenarnya lebih tertarik pada teknologi,” lanjut Nurul.
Kemudian pada Januari 2013 mereka mulai membangun aplikasi mereka yang diberi nama TEACCH, Treatment and Education of Autism with Kinect and Prompt Technology. Mulai dari desain, pembuatan coding aplikasi, hingga saat ini sudah mencapai tahap penyempurnaan.
Aplikasi ini dirancang dengan desain yang fleksibel. Mudah digunakan oleh siapapun dan dapat dipraktikan di manapun. Sebelum melakukan terapi, aplikasi ini akan terlebih dulu mendiagnosa tingkat keparahan penderita autis.
”Gejala pokok autis sebenarnya ada tiga, komunikasi, kognitif dan motorik. Jadi perlu diagnosa terlebih dahulu agar penanganannya sesuai,” terang mahasiswi angkaan 2011 tersebut.
Nurul menjelaskan, TEACCH ini menggunakan diagnosa berstandar internasional yakni Autism Treatment Evaluation Checklist (ATEC). Selain terdapat diagnosa, aplikasi ini memiliki beberapa fitur yang memudahkan pengguna mengoperasikannya. Mulai dari prosedur penggunaan, informasi-informasi umum tentang autis, hingga pengolahan database anak-anak yang diterapi.
”Nanti hasilnya itu akan muncul sesuai biodata yang diinput dan di situ akan ditunjukkan bagaimana perkembangan anak tersebut setelah rutin terapi,” lanjutnya.
Penggunaan aplikasi ini pun disesuaikan dengan tingkat autis yang diderita. Mereka menyebutnya tiga tahapan, yakni tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut. Tahap awal adalah jika tingkat autis yang diderita sudah tinggi, sedangkan lanjut untuk yang rendah. Pengklasifikasian itu ditujukan untuk penyesuaian perlakuan terapi.[]
Medali perunggu memang berhasil didapatkan dalam katagori Perancangan Perangkat Lunak dan Inovasi Perangkat Lunak dalam Gemastik 6. Namun bagi Nurul dan rekan-rekannya, mendapatkan penghargaan bukanlah tujuan utama dari tim ini.