More

    Australia Krisis Tenaga Kerja di Sektor TI

    Stephanie Smail

    28 12 2013 Australia Krisis tenaga kerja IT

    Industri TI Australia membutuhkan 21 ribu tenaga kerja dalam 3 tahun mendatang. (Credit: ABC licensed)

    - Advertisement -

    Sektor Teknologi Informasi (TI) Australia mengeluhkan berlanjutnya krisis sumber daya manusia (SDM) berpengalaman, meskipun telah ada upaya untuk memperbaikinya. Sektor TI menyumbang sekitar AUD$42 miliar bagi perekonomian Australia setiap tahun dan masih berpotensi untuk terus tumbuh.

    Krisis angkatan kerja di sektor Teknologi Informasi (TI) telah lama menjadi perhatian pemerintah Australia. Pemerintah Federal dan negara bagian telah menghabiskan dana jutaan dolar untuk mencari solusi untuk mengisi ratusan kursi pekerja yang kosong di sektor ini.

    Meski demikian, pekerja TI berargumen krisis SDM masih terus berlanjut. Mereka mendesak uang yang dikeluarkan pemerintah agar digunakan untuk menyewa sarjana TI dalam proyek-proyek besar sehingga mereka bisa mendapatkan pengalaman kerja yang berharga.

    Diperkirakan dalam tiga tahun mendatang ada lebih dari 21,000 ribu lowongan pekerjaan di sektor TI yang akan tersedia di Australia. Tapi industri TI menilai upaya untuk memenuhi pasar tenaga kerja itu terus mengalami penurunan.

    Badan Angkatan Kerja dan Produktifitas Australia menerbitkan laporan yang menekankan perlunya terobosan untuk memperbaiki kondisi tersebut.

    “Sekitar 45%  bisnis kecil saat ini belum memiliki toko online, padahal di masa depan hal itu sangat penting,” kata kepala riset,  Marie Persson.

    “Ekonomi global saat ini sedang berkembang, tapi kemungkinan pebisnis tidak menyadari betapa cepatnya perkembangan itu terjadi,” tambahnya lagi.

    Walton mengatakan bahkan perusahaan besar yang memiliki website dan terus memperbaharui peralatannya saja, saat ini tidak mempekerjakan tenaga yang berpengalaman.

    Karenanya Persson mendesak pemerintah federal untuk menjembatani kesenjangan antara pasar tenaga kerja dan kebutuhan tenaga TI dengan mempekerjakan sarjana TI dalam sejumlah proyek besar.

    “Australia memiliki siklus yang buruk dimana perusahaan hanya ingin menyewa orang-orang yang berpengalaman, dan mereka saling berburu tenaga berbakat satu sama lain, menawarkan gaji tinggi tapi tidak melakukan pengembangan terhadap lulusan baru,” kata Walton.

    “Jadi kita perlu menghentikan siklus itu dan satu-satunya cara yang kita lihat bisa melakukan itu adalah pemerintah, melalui program pengadaannya untuk  melibatkan lulusan sarjana TI sebagai bagian dari tender pengadaan,” katanya.

    Citra Industri TI perlu dibenahi

    Karena sifat alamiah industri TI, perusahaan di Australia sering mendapatkan tenaga IT berpengalaman bergaji murah dengan menyewa pekerja dari luar negeri.

    Badan Angkatan Kerja dan Produktifitas Australia menilai kebiasaan ini merugikan angkatan kerja lokal.

    Persson mengatakan pemerintah federal dan negara bagian telah berusaha membangun angkatan kerja di sektor TI yang mampu bersaing di dunia global, tapi dia menginginkan Australia juga belajar dari sejumlah negara seperti Inggris.

    “Inggris bahkan sampai membatalkan kurikulum TI mereka dan  memulai dari awal,” katanya.

    “Menurut saya kondisi angkatan kita memungkinkan untuk diterapkan kebijakan serupa.” Katanya.

    Persson mengatakan industri TI Australia sangat membutuhkan pembenahan citra, dan lebih banyak mendorong tenaga kerja perempuan untuk masuk ke sektor ini guna membangun angkatan kerja yang dibutuhkan  pasar kerja TI di dalam negeri.

    “Saat ini masih ada anggapan kalau sektor TI didominasi oleh anak muda laki-laki, kalau TI pekerjaan dibelakang meja yang membosankan,” katanya.

    “Saya rasa pesan itu perlu dihentikan penyampaiannya oleh mereka yang mendorong anak-anak remaja mengenai masa depan.” saran Persson.

    Sumber : http://www.radioaustralia.net.au

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here