More

    Dosen Lampung Ciptakan Software Pendeteksi Stres

    Ahmad Fauzan Sazli

    FOTO : Dreamstime.com

    BANDAR LAMPUNG – Dr. Suhendro Yusuf Irianto, Dosen Informatics and Busiess Institut (IBI) Darmajaya menciptakan program pendeteksi wajah untuk mengetahui kondisi kejiwaan seseorang. Melalui programnya tersebut kondisi kejiwaan seseorang yang mengalami stres atau gangguan jiwa lainnya dapat diketahui dengan tingkat akurasi mencapai 70 persen.

    Menurut Dr. Suhendro, bahwa software karyanya tersebut, bekerja melalui proses membandingkan gambar yang akan diteliti dengan gambar-gambar yang mengalami gangguan kejiwaan yang ada di database. Pencocokan gambar tersebut dilakukan oleh software dengan menghitung algoritma gambar untuk mencari selisihnya. Ketika selisih ditemukan nol oleh program, maka seseorang tersebut diduga kuat terindikasi gangguan kejiwaan.

    - Advertisement -

    “Semakin banyak gambar ekspresi kejiwaan yang ada di database akan semakin akurat hasil pendeteksiannya,” ungkap dosen lulusan IPB tersebut.

    Ia menjelaskan, hingga saat ini sudah ada 30 ribu jenis ekspresi yang ada di dalam database yang dimulai dari ekspresi senyum, sedih, tertawa, bingung bahkan marah. Dari beragam ekspresi tersebut, alat ini akan membandingkan dengan gambar yang akan dideteksi.

    Lebih lanjut Suhendro mengatakan, untuk membandingkan satu ekspresi dengan 30 ribu ekspresi yang ada di database, pada spesifikasi memori komputer 2 ram, dibutuhkan waktu kurang lebih 5 menit. Perhitungan waktu yang dibutuhkan juga sangat tergantung dengan spesifikasi alat yang dipakai.

    Doktor lulusan S3 Ilmu Komputer (Informatics) University of Bradford Inggris ini sendiri, tertarik membuat pendeteksi kondisi kejiwaan ini dilatarbelakangi oleh belum adanya alat penafsir ekspresi wajah untuk menjelaskan kondisi kejiwaan seseorang.

    “Faktanya, dua dari sepuluh orang di dunia, diketahui mengalami gangguan kejiwaan. Bahkan di Indonesia tindakan-tindakan negatif seperti bunuh diri, kriminalitas sangat sering terjadi,” ungkapnya.

    Melalui penelitiannya, ia berharap indikasi gangguan kejiwaan lebih cepat terdeteksi sehingga langkah preventif kepada hal yang kontraproduktif dapat segera dilakukan.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here