More

    Mahasiswa ITS Kembangkan Software Pendeteksi Gempa Melalui SMS

    Ahnad Fauzan Sazli

    16 12 2013 SMS Gempa

    Kurang cepatnya peringatan gempa kepada masyarakat, seringkali mengakibatkan banyaknya korban jiwa. Untuk itu seorang mahasiswa Teknik Sipi Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya mencoba untuk mengurai persoalan tersebut.

    - Advertisement -

    Mahasiswa tersebut adalah Robiy ‘Ul ‘Ars Al-Maliki. Ia mengembangkan sebuah software pendeteksi gempa. Software ini tidak hanya mampu mendeteksi gempa lebih awal, tetapi juga langsung memberikan peringatan cepat kepada masyarakat melalui SMS.

    Robiy ‘Ul ‘Ars Al-Maliki menceritakan, bahwa alat yang dikembangkannya tersebut merupakan tugas akhir yang berjudul “Aplikasi Sistem Peringatan Dini pada Komponen Struktur Beton”. Software ini dapat digunakan pada bangunan gedung maupun jembatan.

    ”Alat ini menggunakan sensor straingauge untuk mendeteksi keretakan beton,” katanya.

    Menurut Robiy, sensor straingauge sendiri merupakan sensor yang digunakan untuk membaca berapa besar perpindahan yang terjadi pada material bangunan. Data yang diterima oleh sensor tersebut akan direkam menggunakan Data Logger, yakni sebuah alat penghitung kondisi bangunan yang dipengaruhi oleh lingkungan, khususnya beban pada permasalahan kali ini.

    Selanjutnya, data yang terekam akan otomatis terekam ke software tersebut. Kemudian software akan menentukan antisipasi apa yang harus dilakukan oleh pihak yang berkaitan dengan permasalahan tersebut juga masyarakat sekitarnya.

    ”Misalkan saja di suatu apartemen ada indikasi terjadinya gempa berbahaya, maka akan disampaikan kepada para penghuni apartemen melalui SMS untuk menyelamatkan diri,” ungkap Robiy.

    Ia menjelaskan, untuk dapat menerima SMS tersebut, masyarakat yang berada di wilayah terjadinya gempa harus melakukan registrasi untuk mempermudah pengiriman SMS yang dilakukan oleh software. Sedangkan untuk jembatan, pesan peringatan langsung dikirim ke pemerintah untuk dapat mengambil kebijakan dengan cepat.

    “Hal tersebut sebagai upaya untuk meminimalkan korban atas terjadinya gempa yang terjadi. Kemungkinan kami juga akan bekerja sama dengan perusahaan provider untuk menyampaikan pesan peringatan ini,” ujar Robiy.

    Menurut Roby, alat yang digunakan untuk gedung dan jembatan ini pun berbeda. Gedung menggunakan akselerator yang harus diletakkan di bagian atas atau atap bangunan, sedangkan jembatan menggunakan Lateral Vertical Displacement Tranducer (LVDT) yang dipasang di besi maupun beton tepat di tengah bentang jembatan.

    “Posisi pemasangan sensor tersebut memperhitungkan momen ultimate atau besar perpindahan terbesar yang terjadi pada benda. ”Kalau gedung akan dipasang di atap karena lebih mudah goyah. Sedangkan kalau jembatan titik beratnya ada di tengah, lendutan terbesarnya ada di bagian tengah,” jelas mahasiswa angkatan 2010 ini.

    Robys sendiri belum memberikan nama untuk software yang dibuatnya. Namun rencananya software tersebut akan dipatenkan. Dan untuk saat ini masih akan terus dilakukan uji coba dan penyempurnaan.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here