Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan produksi opium di kawasan segitiga emas Asian Tenggara terus mengalami peningkatan 22 persen tahun ini. Produksi opium di kawasan yang meliputi Myanmar, Laos,dan Thailand itu terus meningkat dalam tujuh tahun terakhir, didorong peningkatan pemasukan dan membaiknya infrastuktur.
Dalam laporan terakhir yang dirilis badan narkotika dan obat terlarang PBB, UNODC, disebutkan Myanmar merupakan kawasan dengan peningkatan produksi opium paling tinggi, 26 persen dalam setahun terakhir, meskipun upaya pemberantasan perdagangan opium terus berjalan.
Myanmar, Laos dan Thailand menyumbang 18 persen dari total produksi opium dunia. “Angka ini menunjukkan perlunya meningkatkan upaya pemberantasan melalui pemecahan masalah hingga ke akarnya dan mendorong jenis-jenis komoditas lain di luar opium,” kata Jeremy Douglas kepada ABC.
Para petani di segitiga emas ini banyak beralih ke tanaman opium karena 19 kali lebih menguntungkan dibanding tanaman padi misalnya.
“Kawasan ini mengalami kemajuan ekonomi, sehingga pendapatan meningkat, membuat para pedagang narkotika bisa menghasilkan lebih banyak uang lagi,” katanya.
Ia menjelaskan, pasar narkoba dan obat terlarang bukan saja di ASEAN tapi juga di Australia.
Thailand sejauh ini secara proaktif memusnahkan produksi opium di wilayah perbatasannya, namun tindakan itu justru mendorong peningkatan produksi di negara tetangga, Laos dan Myanmar.
Perbaikan infrastruktur kian meningkatkan konektivitas di kawasan itu. “Kawasan segitiga ini kian terhubung saat ini,” kata Douglas.
Target ASEAN sebagai kawasan bebas narkoba di tahun 2015, menurut Douglas, tampaknya sulit terpenuhi. “Hal itu tampaknya masih jauh,” katanya. []