Selamat Jalan Nelson Mandela. Pejuang anti apartheid itu meninggal dunia pada usia 95 tahun. Jacob Zuma, Presiden Afrika Selatan, mengumumkan lewat televisi bahwa Mandela meninggal dengan damai di rumahnya di Kota Johannesburg.
“Ia dalam keadaan damai sekarang. Negara kita telah kehilangan anaknya yang paling hebat. Rakyat kita kehilangan seorang ayah. Meskipun kita tahu hari ini akan tiba, tak ada yang meredakan rasa kehilangan kami,” ucapnya.
Zuma memerintahkan agar pada hari itu bendera dikibarkan setengah tiang.
Berbagai pujian telah dilontarkan pemimpin dunia terhadap tokoh ini. Perdana Menteri Tony Abbott menyebut Mandela “orang yang benar-benar hebat, mulia melalui penderitaan.”
Mandela terpilih menjadi presiden Afrika Selatan pertama yang berkulit hitam pada tahun 1994.
Ia dikenal sebagai simbol perlawanan sistem pemisahan ras di negara tersebut, yang dikenal sebagai apartheid.
Ia pernah dipenjarakan selama 27 tahun karena melawan rezim pemisahan ras. Sebanyak 18 tahun hukuman dijalaninya di penjara Pulau Robben yang terkenal keras. Setelah dibebaskan tahun 1990, Mandela memimpin negosiasi untuk menjadikan Afrika Selatan negara yang demokratis dan mewakili berbagai ras.
Saat menjadi presiden dari tahun 1994 hingga 1999, pemerintahannya mencoba menanggulangi rasisme dalam kelembagaan, kemiskinan dan ketimpangan sosial di Afrika Selatan. Mandela telah menerima lebih dari 250 penghargaan, termasuk penghargaan Nobel pada tahun 1993.
Nama aslinya adalah Rolihlahla Mandela. Sewaktu kecil, ia bekerja menjadi penggembala. Mandela merupakan yang pertama di keluarganya yang mendapatkan pendidikan di bangku sekolah. Ia menekuni bidang hukum. Ia menjadi anggota Kongres Nasional Afrika (ANC) pada tahun 1944. Saat Partai Nasional, yang didominasi kulit putih, memenangkan kekuasaan tahun 1948, ia pun menjadi aktif melawan apartheid.
Mandela memperjuangkan sayap ANC yang dipersenjatai, bernama Umkhonto we Sizwe. Sayap ini melakukan kampanye sabotase terhadap pemerintah dan mengumpulkan dana untuk perang gerilya.
Wolfie Kodesh, salah satu anggota ANC, pernah menjelaskan bahwa meskipun kampanye sayap tersebut meliputi pemboman dan pembakaran, sebagai simbol untuk menghancurkan apartheid, diusahakan agar kampanye tidak memakan korban atau melukai orang.
Mandela sendiri menyatakan bahwa perjuangan dengan senjata adalah pilihan terakhir. Ia ditahan tahun 1962, kemudian dijatuhi hukuman lima tahun penjara dengan kerja keras. Tahun 1963, saat ia diadili karena tuduhan ingin menjatuhkan pemerintahan lewat kekerasan, ia menyampaikan pidatonya yang terkenal.
“Saya berjuang melawan dominasi kulit putih, dan saya berjuang melawan dominasi kulit hitam. Saya menghargai gagasan tentang masyarakat demokratis dan bebas, di mana semua orang tinggal dengan harmonis, dengan kesempatan yang sama. Ini adalah impian yang saya ingin capai. Namun, bila perlu, saya siap mati untuk mencapai impian ini,” katanya waktu itu.
Mandela juga pernah berkata, “Saya bukan seorang al-masih, melainkan orang biasa yang menjadi pemimpin karena keadaan luar biasa.”
Ia pernah dikritik lebih pantas menjadi pejuang dibanding presiden. Sikapnya yang ingin mendekati populasi kulit putih Afrika Selatan sempat tidak disukai, begitu pula pembatalan beberapa program ekonomi dan lapangan kerja dikarenakan keterbatasan dana.
Namun, ia lagi-lagi menuai pujian saat mengundurkan diri sebagai presiden tahun 1999.
Setelah tidak menjadi presiden, Mandela tetap giat berusaha menanggulangi berbagai masalah seperti kemiskinan dan hak anak. Tahun 2001, ia didiagnosa menderita kanker prostat.
Tahun 2005, anak laki-lakinya, Makgatho, meninggal karena AIDS. Mandela kemudian mendorong Afrika Selatan berbicara secara terbuka tentang AIDS, saat negara tersebut masih melihat penyakit tersebut sebagai hal yang tabu. Tahun 2009, Perserikatan Bangsa-Bangsa menjadikan hari ulang tahunnya sebagai Hari Nelson Mandela Internasional.
Bulan Desember 2012, Mandela kembali masuk rumah sakit karena infeksi paru-paru. []