ABC AUSTRALIA NETWORK
Iffah Nur Arifah
Perayaan Tahun Baru Imlek kali ini diwarnai bencana banjir yang melanda sejumlah daerah di Indonesia . Di Ibukota Jakarta sejumlah kawasan Pecinan masih terendam banjir. Sejumlah warga Tionghoa pun memilih merayakan Imlek dengan menggelar kegiatan menolong korban banjir.
Perayaan Imlek tahun 2014 ini terbilang cukup prihatin bagi Aletta Lie. Warga Teluk Gong, kecamatan Penjagalan, Jakarta Utara ini mengaku tidak bisa meraup keuntungan banyak dari kemeriahan perayaan imlek tahun 2014 ini.
Maklum saja kawasan tempat Aletta tinggal yakni Teluk Gong merupakan salah satu kawasan di ibukota yang terendam banjir di awal tahun ini.
Kawasan Pecinan di Utara Jakarta ini terendam banjir mulai dari 1 meter hingga 2 meter selama lebih dari sepekan. Genangan air di kawasan ini baru surut pada akhir pekan kemarin.
Dan hingga saat ini sejumlah wilayah dan ruas jalan di Teluk Gong masih tergenang banjir.
Lantaran banjir inilah barang dagangan Aletta berupa panganan khas Imlek sepeti kembang goyang, kue semprong dan kue keranjang masih bertumpuk di lapaknya di pasar Teluk Gong. Aletta mengaku omset jualannya sangat jauh berkurang hingga 20% saja.
“Wah berpengaruh sekali gara-gara banjir orang tidak bisa keluar dan toko saya juga terpaksa ditutup selama 4 hari. ‘Kan di sini banjir seminggu dari Sabtu sampai ketemu Sabtu lagi,” Tutur Aletta.
Aletta mengaku sudah tinggal dikawasan Teluk Gong selama 3 tahun dan selama 2 tahun terakhir kawasan itu tidak pernah absen direndam banjir.
“Dulu katanya kawasan ini banjirnya tiap lima tahun sekali, tapi saya 3 tahun di sini udah 2 kali kena banjir, sekarang dan tahun kemarin,” ceritanya.
Beberapa bisnis di sekitar Pecinan harus ditutup karena banjir
Meski banjir sudah mulai menyusut, namun hingga kini sejumlah wilayah dan jalan di Teluk Gong masih digenangi banjir.
Selain rumah-rumah warga, banjir di Teluk Gong juga merendam sejumlah vihara di kawasan tersebut.
Gwek Po pemilik rumah vihara SU KIONG BO yang terletak di kawasan Teluk Gong mengatakan Viharanya sempat tergenang setinggi 30 cm di halaman mukanya.
“Di halaman vihara itu banjir 30 senti, 4 hari kita bersihin vihara dari sampah banjir..eh datang banjir lagi. Kalo teluk gong ini banjirnya dalam, di jalanan depan itu aja kemarin banjir ada yang 1 meter ada yang 1,5 meter, kalo di belakang lebih dalam lagi, bisa sampai 2 meter,” kata laki-laki berusia 76 tahun tersebut.
Pada Kamis (30/1/2014) vihara yang dikelola Gwek Po ramai dikunjungi warga tiong hoa yang hendak bersembahyang bagi arwah leluhur dan sang budha agar memperoleh berkah.
Bantu korban banjir
Imlek merupakan sebuah perayaan budaya atau tradisi yang sudah berlangsung sejak ribuan tahun lalu.
Di malam pergantian tahun baru Imlek biasanya juga diwarnai dengan suara petasan dan kembang api. Kebiasaan yang diyakini dapat mengusir dan menjauhkan hal-hal yang buruk sepanjang tahun ini sekaligus menjadi simbol datangnya kebaikan di tahun yang baru.
Namun karena tahun ini karena Imlek berlangsung ditengah maraknya bencana khususnya banjir di sejumlah daerah, Perhimpunan Indonesia Tionghoa atau INTI, organisasi yang mewadahi WNI keturunan Tionghoa di Indonesia menghimbau agar perayaan Imlek tidak dilakukan secara berlebihan.
Pengurus INTI meminta warga Tionghoa ikut berempati kepada korban bencana alam yang marak terjadi belakangan ini khususnya banjir.
“Kami imbau jangan mengadakan pesta yang besar. Kita harus prihatin pada teman-teman yang kena bencana. Jangan hambur-hamburkan uang. Bagaimana kita bisa berpesta pora sementara banyak saudara kita yang menerima musibah,”kata Benny Setiono, kepala Perhimpunan Indonesia Tionghoa Pusat.
Benny mengatakan selama banjir berlangsung di Ibukota, organisasinya telah menerjunkan puluhan relawan untuk membantu menolong korban di sejumlah titik banjir di ibukota. Mulai dari evakuasi korban banjir dengan perahu karet, membantu menyediakan konsumsi bagi warga di pengungsian sampai memberikan pelayanan kesehatan.
Hardy Stefanus dari Generasi Muda Perhimpunan Indonesia Tionghoa atau GEMA INTI mengatakan tim relawan INTI yang berjumlah lebih dari 50 orang telah menyalurkan bantuan ke sejumlah titik banjir sejak dua pekan lalu.
“Di Jakarta kita udah turun ke dareah Green Garden, Teluk Gong, Kapuk, dan dalam waktu dekat kita akan menyerahkan sumbangan bagi warga korban banjir di Kampung Pulo,” Katanya.
Tahun Baru Imlek ditetapkan sebagai Hari Libur Nasional sejak era Presiden Megawati tahun 2002. Sebagai perayaan budaya atau adat istiadat, tahun baru Imlek dirayakan oleh warga Tionghoa baik yang memeluk agama Islam, Kristen, Hindu, Budha serta Khonghucu.
Karenanya Imlek menjadi momentum untuk menjaga persaudaraan dan silaturahmi. Oleh karena itu sangat tepat jika momentum Imlek dijadikan ajang untuk mengasah kepekaan sosial terhadap warga korban bencana alam di wilayah lain seperti banjir bandang di Manado dan Jawa Barat serta erupsi Gunung Sinabung di Karo, Sumatera Utara. []