More

    Mahasiswa dan Tantangan Zaman

    Nasir, mahasiswa Universitas Bung Karno

    04 02 2014 Nasir mahasiswa UBKMahasiswa adalah kaum yang terpelajar untuk mengabadikan dirinya kepada masyarakat. Secara prinsip mahasiswa adalah agen of change, dan social of control. Selain itu dengan jiwa kemudaannya mahasiswa juga  mempunyai semangat perubahan yang sangat luar biasa.

    Namun bagaimana dinamika mahasiswa khususnya mahasiswa di Indonesia pasca reformasi 1998? Jika kita flashback, bahwa selain buruh, rakyat dan kaum miskin kota maupun desa, salah satu penyumbang penting perubahan di Indonesia adalah mahasiswa.

    - Advertisement -

    Kita melihat gerakan mahasiswa yang terjadi pada 15  januari 1974, yang dikenal dengan Peristiwa Malari, dan tahun-tahun sebelumnya.  Terlepas dari kepentingan politik praktis yang mendukung gerakan tersebut. Kemudian gerakan itu  terus mewarisi gerakan-gerakan yang memuncak pada penurunan rezim otoriter Soharto 1998.

    Pasca reformasi 1998 sampai 2014, mahasiswa seolah abstrak dalam merespon berbagai macam isu. Tidak adanya persatuan maupun konsolidasi parmanen yang menyatukan gerakan-gerakan mahasiswa secara masif. Semuanya hanya berdasarkan momentum yang berkembang, setelah momentum tersebut, maka punah juga konsolidasi yang digelar oleh mahasisa dan organisasinya.

    Terlebih lagi, mahasiswa yang berorganisasi terlalu menunjukan eksitensi organisasinya dan mahasiswa yang tidak berorganisasi juga terlalu berpandangan sangat subjektif terhadap organisasi mahasiswa ekstra maupun intra.

    Kemudian yang paling ironis adalah perpecahan yang terjadi di beberapa organisasi mahasiswa. Dengan alasan dinamika dan perbedaan strategi taktik, maupun perbedaan pandangan politik dan isu.

    Lalu apakah yang membentuk kultur mahasiswa saat ini adalah zaman yang semakin liberal dan demokrasi yang transaksional, serta situasi perpolitikan yang serba tidak jelas dan kacau? Terlepas dari peran Badan Intelijen Negara (BIN) yang menyusupi berbagai ranah organisasi dan gerakan mahasiswa

    Dengan keabstrakan negara saat ini, mahasiswa juga ikut abstrak dalam melakoni idealismenya. Meskipun ada beberapa mahasiswa juga yang masih bisa mengimbangi kondisi saat ini dengan keidealismeannya.

    Keabstrakan negara saat ini adalah terbukanya lebar-lebar pintu kekayaan sumberdaya alam, untuk bercokolnya para investor asing (kapitalis). Mereka menanam dan mengembangkan modalnya di Indonesia dengan sangat minimnya kontribusi untuk pembangunan dan kemajuan kesejahteraan rakyat.

    Ditambah lagi dengan kesepakatan-kesepakatan ekonomi politik yang dibuat oleh presiden SBY melalui  organisasi ekonomi internasional (G20, WTO, APEC dan lain-lain). Dimana SBY menyapakati ekspor dan impor yang berakibat pangan Indonesia didominasi oleh pangan impor. Sementara pangan lokal tidak begitu diperhatitkan pemerintah.

    Sayangnya, dengan zaman yang begitu modren dan menindas ini, mahasiswa juga ikut terlena dengan situasi dan kondisi yang terjadi. Mereka terlena denga fasilitas yang dirancang kapitalisme yang menina bobokan mahasiswa. Seperti halnya dibangunnya Sevel,dan tempat nokrong-nongkrong lainnya.

    Ditambah lagi dengan sistem kampus yang masih juga mewarisi gaya lama (masa orde baru). Dalam sistem itu masih memberlakukan Sistem Kredit smester (SKS) dan dilancarkannya doktrin kepada mahasiswa agar tidak mengikuti organisasi yang kritis terhadap kebijakan-kebijkan yang tidak pro terhadap publik dan demonstrasi.

    Seperti halnya mahasiswa Universitas Pancasila (UP) yang dipecat dari kampus karena menggelar demo menuntut fasilitas kampus. Aksinya secara tiba-tiba pada bulan Juni 2013 mendapatkan SK  skorsing dan pemberhentian yang dikeluarkan oleh UP. Dr. Edie Toet Hendratno, SH., M.Si. Rektor

    Mahasiswa yang dikeluarkan tersebut adalah Reza Fahlevi (ketua senat) dan Maximilian David (wakil ketua senat). Sementara Arlinton Mahrico (Kepala Divisi Kesejahteraan Mahasiswa) diskorsing selama setahun (kabarkampus.com). Hal ini tentunya banyak dialami oleh mahasiswa di Indonesia. Inilah adalah salah satu tantangan yang serius juga bagi mahasiswa di tengah-tengah zaman modren ini.

    Selain itu, tentangan yang sangat serius juga adalah beredarnya narkoba, seperti ganja dan sebagainya. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), pertahun 2012 kerugian ekonomi akibat penyalahgunaan narkoba mencapai Rp 55 triliun. Selain itu pemuda pengguna narkoba juga mencapai 3,8 juta orang.

    Ironisnya penyebaran narkoba tersebut sudah sampai ke pelosok-pelosok desa yang terpencil. Dan sebagian mahasiswa mengonsumsinya,

    Hal inilah salah satu yang meracuni semangat mahasiswa dengan zaman yang serba tidak jelas ini. Seharusnya mahasiswa lebih tetap konsisten terhadap idealismenya.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here