Ahmad Fauzan Sazli
YOGYAKARTA, KabarKampus – Universitas Gadjah Mada mengirim tim psikologi untuk memberikan bantuan mengatasi masalah psikososial bencana erupsi Gunung Sinabung, Tanah Karo, Sumatera Utara. Tim ini akan tersebar di 42 titik lokasi pengungsian
“Kami akan mengirim 20 orang mahasiswa terlebih dahulu yang dibantu dengan dua orang dosen untuk melakukan rapid assessment di sana,” kata Prof. Dr. Supra Wimbarti, Dekan Psikologi UGM kepada wartawan, Selasa (04/02/2014).
Menurutnya, pengiriman mahasiswa ini menurut Supra akan dilakukan secara bergilir dan berkelanjutan. Setelah mengirim mahasiswa, UGM juga akan mengirim mahasiswa profesi psikologi untuk menangani kasus tekanan psikologi dan trauma yang dihadapi para pengungsi. Kondisi psikologis yang muncul di kalangan para pengungsi bencana seperti gejala depresi dan stress.
“Umumnya yang muncul di pengungsian adalah rasa jenuh dan gejala stress berkaitan dengan perasaan kehilangan. Kehilangan akan keluarga, tempat tinggal, pekerjaan dan harta benda,” katanya.
Kondisi tersebut menurut Supra, juga ditambah dengan perasaan ketidakpastian terhadap bencana yang terjadi. Apalagi Masyarakat setempat tidak berpengalaman menghadapi bencana erupsi sebelumnya.
“Gejala psikologi lainya adalah gejala trauma dan masa berkabung dengan ditandai sering melamun dengan tatapan mata kosong,” ungkapnya.
Seperti diketahui, lanjut Supra, gejala depresi pengungsi Sinabung diketahui dengan adanya satu orang pengungsi yang melakukan percobaan bunuh diri di barak pengungsian. Umumnya bagi mereka belum bisa menerima keadaan dan menganggap cobaan yang dialaminya sangat berat sekali.
Supra mengatakan segera mengirim tim ahli psikologi untuk melakukan rapid assessment dan berkoordinasi dengan mahasiswa UGM yang berasal dari tanah Karo untuk diberi pelatihan singkat penanganan psikososial. “Ini lebih memudahkan karena kendala bahasa bisa tertatasi dengan baik,” katanya.
Pemetaan masalah psikologi oleh tim UGM ini nantinya akan memprioritaskan permasalahan-permasalahan psikologi yang bisa ditangani oleh psikolog, profesi psikologi, mahasiswa dan relawan.
“Ada modul yang kita berikan pada mahasiswa non psikologi dan relawan yang diterjunkan ke sana. Yang perlu ditolong itu tidak hanya pengungsi, relawan, staf pemkab juga perlu ditolong,” terangnya.[]