ABC AUSTRALIA NETWORK
Sumardi Sabdo Carito, atau Ki Sumardi dikenal sebagai dalang wayang kulit dari Sragen, Jawa Tengah kini sedang berada di Australia. Ki Sumardi keliling ke sejumlah sekolah-sekolah di Australia selama empat bulan untuk dapat memperkenalkan seni wayang kulit.
Bisa jadi wayang kulit akan lebih populer nantinya di Australia dibandingkan di Indonesia.
Sumardi sudah dalam 7 tahun terakhir, ia mengunjungi Australia setiap tahunnya untuk mempertunjukkan seni wayang kulit kepada anak-anak sekolah di Australia.
“Saya ingin memperkenalkan seni wayang kepada anak-anak di Australia, sehingga mereka bisa mengenal budaya negara tetangganya,” ujar Sumardi saat sedang tampil di sekolah dasar Collingwood College, Melbourne hari Jumat (14/03/14).
Sumardi sebenarnya menyayangkan karena di jaman sekarang, wayang di negeri sendiri malah tidaklah lagi menjadi populer di kalangan anak-anak.
“Dengan gempuran budaya asing lewat siaran televisi, semakin sedikit anak-anak yang mengenal cerita wayang seperti pada generasi sebelumnya,” ujarnya.
Padahal menurutnya banyak hal-hal positif yang bisa dipelajari dari para tokoh wayang.
“Kalau bicara soal korupsi, ada tokoh yang jahat dan rakus, dan kemudian akan mendapat balasan dan hukuman yang berat atas perbuatannya. Ini bisa jadi pelajaran yang berharga bagi anak-anak,” tegas Sumardi.
Pada tahun ini, Sumardi akan berkeliling ke empat negara bagian di Australia selama empat bulan. Ia bekerja sama dengan Cultural Infusion, sebuah lembaga yang aktif mempromosikan budaya-budaya, khusunya dari Asia ke Australia.
Upaya pengenalan wayang ini pun dilakukan agar bisa melestarikan wayang kulit, karena industri wayang ini semakin kurang diperhatikan di dalam negeri.
“Anggaran dari pemerintah ini sangat kecil sekali, kalau dulu masih ada pertunjukan secara regular di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan Museum Wayang. Tapi sekarang anggaran minim sekali, akibatnya seniman menjadi ogah-ogahan,” aku Sumardi.
Menurutnya patut dipertanyakan bagaimana tekad dari pemerintah sendiri untuk mau melestarikan wayang.
“Jadi kalau mau melestarikan perlu ada anggaran sehingga seniman pun akan senang untuk pentas.”
Sumardi juga mengatakan keterbatasan dana ini pula yang menyebabkan minat untuk menjadi dalang dan seniman semakin turun setiap tahunnya.
Meskipun menurutnya masa depan dalang itu suram, tapi ia mengaku kalau masih bisa kreatif pasti ada jalannya.
“Berharap pada pemerintah Indonesia mungkin sudah susah, tapi perlu dicatat badan PBB telah mengakui wayang kulit sebagai warisan budaya dunia,” katanya. “Artinya wayang telah menjadi go international, tapi saya ingin bukan hanya wayangnya saja, tapi semua seniman dibelakangnya.” []