More

    Menunggu Hasil Pengaruh Media Sosial dalam Pemilu Indonesia

    ABC AUSTRALIA NETWORK

    Indonesia tercatat sebagai negara dengan pengguna Facebook ketiga terbesar di dunia dan pengguna Twitter kelima terbesar di dunia.
    Indonesia tercatat sebagai negara dengan pengguna Facebook ketiga terbesar di dunia dan pengguna Twitter kelima terbesar di dunia.

    Pengguna media sosial seperti Facebook dan Twitter di Indonesia diperkirakan akan menunjukkan pengaruhnya pada pemilu legislatif yang berlangsung Rabu 9 April 2014.

    Indonesian sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia sekaligus menempatkan diri pada posisi 5 Besar pengguna media sosial. Itulah sebabnya, mengapa para caleg menyadari jika tidak menyentuh dunia media sosial mungkin akan berdampak pada hasil perolehan suara mereka.

    - Advertisement -

    Pada pemilu sebelumnya di tahun 2009, model penggalangan dukungan masih didominasi oleh pengerahan massa pada kampanye terbuka.

    Namun menurut Anies Baswedan, seorang peserta konvensi capres Partai Demokrat, menjelang pemilu kali ini, pemilih telah beralih ke media sosial untuk mencari tahu dan berbicara dengan kandidat.

    “Cara ini memungkinkan komunikasi dua arah, tidak seperti sebelumnya dimana ratusan ribu orang berkumpul di tempat terbuka untuk mendengar pidato dari dua atau tiga orang,” katanya.

    “Arena media sosial ini semakin aktif membahas isu-isu politik dibandingkan sebelumnya,” tambah Anies, yang juga Rektor Universitas Paramadina Jakarta.

    Lanskap digital ini menjadi realitas yang unik bagi kelas menengah Indonesia untuk menyampaikan pendapat mereka.

    Dalam forum online, blog, website, atau media sosial seperti Facebook dan Twitter, para pemilih Indonesia sangat aktif menjalin komunikasi dengan pengguna lainnya dan parpol mengenai kebijakan dan program-program mereka.

    Sebuah situs bernama politicalwave.com misalnya, bahkan secara khusus memantau aktivitas komunikasi mengenai politik dan isu lainnya melalui media sosial.

    Pendirinya, Jose Rizal, mengatakan sejak memulai aktivitas pemantauan ini di tahun 2012, makin jelas terlihat bahwa caleg dan politisi yang menggunakan media sosial tampil lebih baik dibanding mereka yang tidak.

    “Parpol bisa menggunakan media sosial sehingga bisa menyerap aspirasi masyarakat, tahu bagaimana meresponnya dalam komunikasi dua arah,” katanya.

    “Para pemilih ingin tahu secara langsung dari kandidat,” tambahnya.

    Diperkirakan sekitar 9,2 juta dari 185 juta pemilih Indonesia hari ini sangat aktif secara online. Menurut Transparency International Indonesia, suara mereka itu sebanding dengan sekitar 100 kursi di DPR RI.

    Seorang karyawan knowledge management, Wawam Suyatmiko, mengatakan melalui media sosial mereka bisa mewujudkan hak demokrasinya.

    “Menggunakan Facebook, Twitter dan internet penting sekali untuk mengejak anak-anak muda ikut memilih,” katanya.

    Namun sejauh ini, sejumlah penelitian menunjukkan televisi masih merupakan medium utama yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.

    Jose Rizal menjelaskan, media konvensional terlihat hanya satu arah sehingga caleg dan politisi yang selalu tampil di TV tidak mendapat popularitas di media sosial.

    “Pemilih Indonesia tahu bahwa media konvensional bisa bias karena dimiliki orang-orang politik juga,” katanya.

    NamunTransparency International memperingatkan, media sosial bisa digunakan untuk melakukan kampanye hitam dengan mengeluarkan hasil-hasil survei yang tidak akurat.

    Jose Rizal mengatakan, pengguna media sosial umumnya terdidik sehingga diharapkan bisa membedakan survei pesanan dengan yang benar-benar ilmiah.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here