More

    Lulusan Teknik Cemaskan Peluang Kerja

    Mahasiwa teknik Andrew Vandercall dan Shannon Wood dari Universitas Wollongong. (Dokumentasi penulis)
    Mahasiwa teknik Andrew Vandercall dan Shannon Wood dari Universitas Wollongong. (Dokumentasi penulis)

    Kemerosotan yang terjadi pada keuntungan sektor tambang di Australia mengkhawatirkan perusahaan-perusahaan teknik yang terampil dalam memproduksi peralatan industri sumber daya alam.

    Perusahaan manufaktur ‘Bradken Engineering’, yang memiliki pabrik dan kegiatan operasional di timur Australia dan di negara-negara lain, akan memangkas 10% jumlah tenaga kerjanya, dan memindahkan beberapa pabrik ke China.

    - Advertisement -

    ‘Bradken’ mempekerjakan lebih dari 4700 karyawan di seluruh dunia. Restrukturisasi besar-besaran yang tengah dijalankan perusahaan ini akan memangkas 500 lapangan kerja sebagai upaya untuk menekan jatuhnya profit.

    Dengan nilai produksi 1,3 milyar dolar per tahun untuk produk peralatan tambang, transportasi serta pembuatan baja, perpindahan pabrik ‘Bradken’ ke China tak mengherankan analis seperti John O’Shea.

    “Pabrik dan kegiatan operasional mereka di Australia yang semakin berbiaya tinggi, membuat perusahaan menjadi sulit untuk bertahan ketika beberapa dari operasi itu berada di lepas pantai,” jelas John.

    Perpindahan kantor dan pabrik dari perusahaan-perusahaan teknik itu ke luar negeri, mengkhawatirkan para lulusan baru di kampus-kampus Australia.

    “Jelas saya khawatir,mereka adalah salah satu perusahaan terbesar di Australia dan perusahaan lain kebetulan tidak sedang merekrut, jadi lebih sulit (mendapat pengalaman kerja) untuk menyelesaikan kuliah ini,” ujar Andrew Vandercall, mahasiswa teknik tingkat akhir di Universitas Wollongong, New South Wales.

    ‘Bradken Engineering’ adalah salah satu dari sekian banyak perusahaan peralatan tambang yang menyediakan beasiswa di Universitas tersebut.

    Namun Dekan Fakultas Teknik di kampus itu, Profesor Chris Cook memiliki pandangan lain. Ia memandang beasiswa-beasiswa yang selama ini diberikan tak akan terancam dan bahwa perusahaan-perusahaan Australia masih mencari para insinyur terampil.

    “Saya telah melihat banyak ledakan dan kemerosotan, dan apa yang kita lihat sekarang adalah penurunan kecil di hanya satu sektor, pertambangan,” tuturnya.

    Profesor Chris mengatakan, dibutuhkan 4 tahun untuk mencetak insinyur, dan masih ada 4 tahun lagi untuk menyelesaikan pelatihan profesional.

    Ia mengungkapkan, Universitas Wollongong menaikkan pagu mahasiswa teknik untuk mengakomodasi kebutuhan insinyur di sektor pertambangan, walau tidak sampai mencetak jumlah tenaga kerja yang melebihi permintaan.

    Ia berujar, ada banyak tipe jurusan teknik – sipil, lingkungan, dan berbagai macam jenis pekerjaan tambang.

    Profesor Chris menyebut, Universitas Wollongong menarik minat para mahasiswa dari daerah.

    “Anak-anak desa datang ke Wollongong. Itu adalah kisah sukses, karena banyak pertambangan yang terpencil dan mereka berasal dari kawasan ini, untuk kemudian kembali pulang dan bekerja di daerahnya. Itulah salah satu alasan mengapa banyak perusahaan datang ke kita,” ungkapnya.

    Bahkan jika para lulusan tak dapat mencari pekerjaan di dalam negeri, masih ada banyak peluang lain di luar negeri.

    “Saya yakin semuanya akan membaik. Insinyur Australia dibutuhkan saat ini. Mereka bisa pergi ke Indonesia, Eropa, Rusia, dan Afrika Selatan,” tambah Profesor Teknik Naj Aziz.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here