More

    Mahasiswa UGM Buat Gigi Bersuara

    Ahmad Fauzan Sazli

    tim pembuat gigi bersuara. dok. UGM
    Tim pembuat gigi bersuara. dok. UGM

    YOGYAKARTA, KabarKampus – Berawa dari keinginan mahasiswa Universitas Gadjah Mada untuk mengenalkan pentingnya kesehatan gigi dan ylut bagi kalangan tuna netra. Lima mahasiswa UGM membuat peraga gigi berukuran besar.

    Para mahasiswa ini adalah Aprialiani Astuti, Isti Noor Masita, Navikatul Ula, Hamzah Assaduddin, dan Brisma Meihar Arsandi.  Mereka membuat peraga gigi ini dari bahan limbah serbuk kayu dan dilengkapi dengan mikrokontroler. Gigi peraga ini akan mengeluarkan suara bila disentuh.

    - Advertisement -

    Adaun mereka menamakan peraga gigi ini dengan ‘tootells’ atau gigi berbicara.Nama itu diberikan karena setiap bagian gigi yang disentuh, maka akan mengeluarkan penjelasan mengenai bagian-bagian yang ada gigi atau penyakit pada gigi seperti email, dentin, pulpa dan gigi berongga.

    “Kelebihan alat peraga gigi yang kita buat ini, selain besar, juga dilengkapai sensor sentuh, salah satu bagian ditekan akan muncul bunyi,” kata Aprialiani Astuti, mahasiswa dari prodi pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi UGM, Jumat (16/05/2014).

    April, menjelaskan, pembuatan gigi ‘berbicara’ ini paa awalnya dikhususkan untuk kalangan tuna netra namun tidak menutup kemungkinan sebagai media pembelajaran bagi anak-anak dan orang dewasa untuk lebih tahu banyak kesehatan gigi dan mulut.

    “Alat peraga ini bisa jadi altenatif media pembelajaran untuk mempelajari anatomi gigi,” katanya.

    Menurut April, selama ini alat media pembelajaran gigi yang ada belum dapat menjelaskan dengan secara lebih detail tentang anatomi gigi kepada para siswa tuna netra. Selain itu ukuran alat peraga gigi yang ada juga terlampau kecil.

    Sementara itu Hamzah Assaludin, mahasiswa Prodi Teknik Mesin UGM menambahkan, dengan adanya penjelasan otomatis tentang bagian pada gigi maka memudahkan siapa pun untuk lebih mengerti tentang gigi. “Karena itu kami sengaja pasangkan alat sensor dan mikrokontroler yang dilengkapi speaker didalam gigi ini,” kata Hamzah.

    Meski sudah tiga kali gagal, kata Hamzah, alat peraga yang dibuat sejak bulan Februari lalu tersebut, menghabiskan biaya kurang lebih total Rp 3 juta. Tapi untuk sementra ini hanya ada satu gigi yang dibuat.

    “Kita baru membuat gigi graham, sedangkan tiga jenis gigi lainnya akan kita buat juga,” katanya menambahkan.

    Saat ini, media pembelajaran gigi ‘berbicara’ ini sudah dikenalkan pada salah satu Sekolah Luar Biasa khusus Tunanetra di Kota Yogyakarta. Menurut pengakuan April, banyak siswa tunatera yang menyambut baik kehadirat alat peraga ini. Selain memudahkan mereka tahu lebih banyak bagian anatomi gigi, siswa juga tahu beberapa penyakit pada gigi.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here