Seorang polisi asal negara bagian Victoria tengah bersiap untuk memecahkan rekor dunia dengan mendayung tanpa henti menyeberangi samudera Hindia, dari Australia barat hingga Afrika Selatan.
Perahu dayung Tim Spiteri yang memiliki panjang 14 meter telah tiba di kota Geraldton, Australia barat, dan bersiap untuk mengarungi lautan sepanjang 8500 kilometer.
- Advertisement -
Tujuh orang kru akan menemani pria 36 tahun ini dalam petualangannya, yang jika berhasil, akan memecahkan rekor dunia.
Tim mengatakan, misinya untuk melakukan ekspedisi ini bersumber dari dua alasan: untuk memuaskan dahaganya akan petualangan dan untuk mengumpulkan donasi bagi para penderita sklerosis, atau penyakit kerusakan saraf yang disebabkan oleh kekurangan vitamin D.
“Ibu saya hidup dengan sklerosis, seperti halnya 21.000 orang Australia lainnya dan ini semua tentang usaha untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengenalkan sedikit profil, dan mudah-mudahan bisa menggalang dana untuk menolong dan memperbaiki kualitas hidup para penderita sklerosis,” tuturnya.
Sebelumnya, Tim telah berhasil mengarungi samudera Atlantik dari Pulau Canary ke Barbados di tahun 2013.
“Misi dayung saya melintasi samudera Atlantik sebenarnya persiapan dan latihan untuk misi dayung kali ini. Pemaknaan saya terhadap hidup, pemaknaan saya terhadap kebugaran dan dunia benar-benar telah berubah sejak menjalani misi tersebut karena ini bukan hanya tentang saya,” jelasnya.
Tim berharap dapat mengawali misi samudera Hindia-nya dari Geraldton akhir pekan ini, dan tiba di Afrika Selatan 60 hari kemudian.
Petualang Belanda diselamatkan dalam misi serupa
Pada bulan Mei tahun lalu, petualang asal Belanda yang berusaha melakukan misi serupa harus diselamatkan di samudera Hindia setelah perahunya hampir menabrak kapal minyak.
Ralph Tuijn, nama petualang ini, kala itu berusaha mendayung sendirian dari Australia barat ke daratan utama Afrika ketika perahunya tiba-tiba terbalik pada suatu malam.
Menurut kabar yang beredar, perahunya mengalami kerusakan serius karena terhantam ombak besar yang disebabkan kapal minyak tersebut.
Akhirnya Ralph mengirim sinyal bahaya, yang kemudian terdeteksi berada di 1100 mil arah barat Pulau Cocos, dan membuat Satuan Keamanan Maritim Australia mengalihkan sebuah kapal dagang untuk menolong pria asal negeri kincir angin itu.
Ralph, yang berusia 40 tahun, diselamatkan oleh kapal minyak lainnya.
Saat itu Ralph mengatakan, meski dirinya mengalami beberapa luka akibat kejadian di laut, ia merasa telah menjadi “Petualang yang sesungguhnya.”[]