“Ini merupakan kurikulum yang diintegrasikan ke dalam kegiatan sekolah, seperti shalat berjamaah,’ ujar Sari Wulandari.
Karena memang belum lama, baru dua hari tiba di Australia ketika dia berkunjung ke kantor ABC di Melbourne, dia belum sepenuhnya menjalani misi kunjungannya.
Namun di hari pertama, rombongan peserta Program tersebut sempat berkunjung ke Melbourne University dan bertemu dengan Prof. Tim Lindsey yang telah membuat kagum Sari Wulandari.
“Kami bertemu dengan Prof. Tim Lindsey, dan dalam pertemuan itu ada hal yang sangat menarik yang memotivasi saya, yang menginspirasi saya,” kata Sari Wulandari.
“Optimisme Prof. Tim Lindsey terhadap Indonesia. Dia memprediksi bahwa ekonomi Indonesia akan menduduki tempat ke 7 di dunia, kemudian menjadi ke 4 dalam beberapa tahun ke depan,” tambahnya.
Sari Wulandari mengatakan kepada Prof. Tim Lindsey bahwa prediksi itu sudah pernah dibacanya di Nasional Geography dan prediksi itu bukan yang pertama kali. Hal itu sudah disampaikan orang puluhan tahun yang lalu setelah Indonesia merdeka, dan ini sudah 50 tahun lebih. Prediksi itu belum jadi kenyataan.
Lalu Prof. Lindsey berkata kepada rombongan:” Ya..harus optimis. Kalau di atas kertas, memang dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia sekarang, itu bisa terlaksana dalam beberapa tahun ini. Harus optimis.”
Kata optimis inilah yang telah memotivasi Sari Wulandari, seperti dikatakannya kepada Oska Leon Setyana dari ABC Internasional.
Jadi tabularasa
Dengan ekspektasi yang besar untuk mendapatkan masukan sebanyak-banyaknya dari Program Pertukaran ini, Sari Wulandari mengatakan bahwa ia bersikap sebagai half traveller, jadi saya sebagai sebuah kertas kosong, tabularasa.
“Saya akan menyerap apa yang ada di Australia, apa adanya. Saya akan pelajari banyak hal, cara berinteraksi, sistem transportasi, perpustakaan dan lain sebagainya,” katanya.
Pokoknya dia akan menerima apa adanya dan itu akan menjadi inspirasi bagi dirinya yang nantinya akan diolah dalam konteks keadaan di Indonesia.
Bicara inspirasi, Sari Wulandari ternyata juga mengagumi budayawan Taufik Ismail yang lewat karya-karya puisinya banyak memberikan inspirasi kepada Sari Wulandari.
Walau pun tidak sepenuhnya dia ingat, namun puisi Kerendahan Hati – Taufik Ismail sempat disinggungnya.
“Kalau engkau tak mampu menjadi beringin..yang tegak di puncak bukit, jadilah belukar!! Tapi belukar yang baik tumbuh di tepi danau. Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar, jadilah saja rumput!! Tetapi rumput yang memperkuat tanggul pinggiran jalan.”
Sari Wulandari menjelaskan bahwa intinya tidak semua orang itu harus menjadi kapten, tidak semua orang harus menjadi pohon beringin yang besar. Kamu bisa jadi rumput, tapi jadilah yang sebaik-baik dirimu.[]