Siapa tidak kenal pemulas bibir atau lipstik, alat kecantikan ini sudah menjadi sahabat kaum wanita sejak lama. Dan berdasarkan berbagai tulisan, lipstik merupakan benda paling popular yang ditemukan di dalam tas perempuan. Sejarah lipstik sendiri terentang sejak zaman Mesopotamia Kuno, zaman Ratu Elizabeth I hingga saat ini.
Gagasan mewarnai bibir telah ada dikalangan pria dan wanita sejak zaman dahulu kala. Di zaman Mesopotamia Kuno misalnya, pemulas bibir dibuat dari serangga yang dilumatkan, dicampur dengan batu-batuan dan juga berbagai bahan pigmen alami lainnya yang kemudian dicampur menjadi bentuk pasta yang kemudian diusapkan ke bibir.
- Advertisement -
Namun Ratu Inggris, Elizabeth I tampaknya bisa disebut sebagai pengguna lipstik terpopuler lantaran telah menjadi tokoh yang mempopulerkan tampilan wajah menggunakan bedak berwarna putih dan lipstik berwarna merah pada abad ke-16. Penampilan make up ini kemudian juga ditiru tokoh terkenal di Jepang Teater Kabuki pada tahun 1670-an.
Cara mudah mengaplikasikan pemulas bibir baru ditemukan pada akhir abad ke-19 ketika seorang berkebangsaan Perancis, Guerlain berhasil menciptakan tongkat yang terbuat dari lemak, lilin lebah dan minyak zaitun yang dibungkus dengan kertas.
Dengan biaya produksi dan alat pengiriman yang semakin murah, produk ini langsung popular dan tersebar luas. Pada tahun 1915, warga Amerika, Maurice Levy menciptakan tabung besi dengan tuas kecil yang bisa memunculkan lipstik ketika digunakan dan melindunginya ketika tidak digunakan.
Pabrik kemudian juga membuat penutup besi, yang memunculkan rumor kalau lipstik dibuat dari selongsong peluru PD I.
Pada tahun 1923, James Bruce Mason mengasah perangkat lipstik yang ada sehingga lengan bagian dalam bisa dipilin ke atas, yang memungkinkan lipstik munculnya bertahap. Dan sejak saat itu, desain kemasan lipstik tidak banyak berubah.
Bibir merah simbol gairah seksual
Telah ada banyak diskusi tentang mengapa bibir merah begitu dicari. Penafsiran tradisional adalah bahwa bibir perempuan melambangkan vulva, dimana bibir yang lebih penuh banyak dikaitkan dengan tingkat estrogen yang tinggi, kesuburan dan kesiapan untuk kawin.
Kepercayaan ini masih kerap digunakan oleh biro iklan, yang biasanya menunjukkan bibir merah sebagai simbol gairah seksual.
Sementara simbolisme seperti itu, saat ini mungkin terkesan agak kuno. Sepertinya di abad 21 ini, lipstik tidak lagi dilihat sebagai sesuatu yang bisa menimbulkan kontroversi.
Kecuali baru-baru ini Maskapai Turki mencoba melarang penggunaan lipstik merah dikalangan awak udara mereka. Meski demikian, sebuah studi di Perancis baru-baru ini mendapati kalau ternyata pelayan memperoleh tips lebih besar ketika mereka memakai lipstik merah.
Ide lipstik ini telah diadaptasi untuk aplikator kosmetik berbeda seperti rouge, lip gloss dan parfum padat. Sebuah adaptasi kurang jelas dibuat ketika perusahaan Jerman Henkel melihat bentuk lipstick memiliki potensi sebagai solusi untuk mengggunakan lem. Mereka kemudian membuat lem dalam bentuk tongkat dengan desain seperti lipstik bermerkThe Pritt Tongkat pada tahun 1969 dan ternyata sukses dan menjadi nama generik untuk setiap lem dalam bentuk tongkat.
Sementara itu soal warna ternyata, warna-warna lipstik yang paling populer tetap berbagai nada merah, meskipun putih muncul sebentar pada tahun 1960 dan bibir hitam punk dan gothic kemudian membuat tampilan yang diperlukan.
Revolusi lipstik sendiri tampaknya saat ini sudah kembali ke akarnya yakni seperti di zaman Mesopotamia, dengan penambahan logam yang berfungsi menambah efek kilau dan metalik. Lipstik versi Waterproof dan warna yang dapat berubah merupakan bentuk pengenalan yang lebih kontemporer.
Pada tahun 1969, lipstik sepanjang 7,4 meter diciptakan oleh seniman pop Claes Oldenburg. Lipstik raksasa itu ditempatkan pada trek tangki di Universitas Yale dan digunakan sebagai media untuk mengkampanyekan gerakan anti-perang.