Film-film yang akan ditampilkan di acara ini adalah Laskar Pelangi: Edensor, Sokola Rimba, 12 Menit: Kemenangan untuk Selamanya, Sang Kiai, Mata Tertutup, dan untuk penutupan: Soekarno: Indonesia Merdeka.
“Festival ini bertujuan memperkenalkan keragaman Indonesia ke penduduk Australia Barat melalui pengalaman menyenangkan, yaitu film,” jelas rilis yang diterbitkan oleh Balai Bahasa Indonesia Perth, yang menyelenggarakan PIFF.
Rilis ini menyatakan bahwa masing-masing film dipilih untuk mewakili beragam aspek kehidupan dan budaya di Indonesia.
Selain itu, Karen Bailey, ketua Balai Bahasa Indonesia Perth (BBIP), menyatakan bahwa film-film yang dipilih diharapkan bisa ditonton segala usia.
“Ini bukan festival film yang berfokus pada seni, tapi fokusnya lebih ke pendidikan. Di masa depan, fokus ini bisa saja berganti,” jelasnya dalam e-mail ke ABC Australia Plus Indonesia.
Diharapkan, acara ini bisa menjadi ajang bertemu bagi mereka yang belajar bahasa Indonesia, mereka yang mengajar bahasa Indonesia, penggemar film, dan juga komunitas Indonesia.
Balai Bahasa Indonesia Perth (BBIP) adalah organisasi nirlaba yang bertujuan meningkatkan hubungan Indonesia dan Australia. Organisasi ini bekerjasama dengan Konsulat Jenderal Indonesia di Perth untuk mengadakan PPIF.
“Fokus kami adalah memperkenalkan Indonesia dan bahasa Indonesia tidak hanya ke sekolah-sekolah, tapi juga ke warga non-Indonesia di Australia Barat,” terang Bailey.
Kebanyakan film-film dalam festival ini akan ditampilkan di bioskop Hoyts di daerah Booragoon, tetapi khusus filmSoekarno: Indonesia Merdeka karya Hanung Bramantyo akan ditayangkan di Curtin Theatre, Fremantle.
Dalam rilis dikatakan bahwa film Soekarno “pasti menarik, bukan hanya bagi mereka yang tertarik pada sejarah Indonesia, tapi juga untuk memberi tahu pada masyarakat mengenai tipe-tipe orang dan kejadian yang menggerakan terciptanya Indonesia modern.”
Sedangkan Sokola Rimba, yang ceritanya berdasarkan kisah nyata antropolog Butet Manurung di Jambi khusus ditayangkan di sekolah-sekolah.
Festival ini dibuka dengan pesta pembukaan hari Kamis (14 Agustus 2014) malam. Para bintang tamu dari Indonesia akan hadir dalam sesi tanya-jawab dan ramah tamah dengan para tamu festival.
Ada juga penayangan film khusus untuk sekolah.
“Yang juga ditargetkan oleh festival adalah sekolah-sekolah yang mengajarkan bahasa Indonesia. Harapan kami, siswa yang belajar bahasa Indonesia akan mengajak orang tua mereka menghadiri pemutaran film,” jelas Bailey,
“Siswa-siswa dewasa yang menghadiri kelas bahasa Indonesia kami, yang diselenggarakan lima kali dalam seminggu, juga diundang dan didorong untuk hadir, agar mereka bisa mempertajam tidak hanya kemampuan bahasa Indonesia mereka tapi juga pemahaman budaya, sosial dan politis tentang Indonesia.”
Tahun 2013 lalu, sekitar 1.000 orang menghadiri PIFF, ungkap Bailey.[]