Mahasiswa Internasional yang sudah lebih dahulu berdomisili di Kawasan Teritori Utara berkesempatan mengisi posisi kekurangan tenaga kerja terampil yang hendak direkrut pemerintah federal dan kawasan Teritori Utara dari luar negeri. Usulan ini disampaikan Rektor Universitas Charles Darwin.
Deputi Wakil Rektor, Universitas Charles Darwin, Sharon Bell mengatakan universitasnya saat ini memiliki 1,000 mahasiswa internasional yang tinggal di Kawasan Teritori Utara, mereka saat ini sedang menempuh studi diberagam bidang mulai dari teknik hingga perawat dan pariwisata.
- Advertisement -
Pekan ini pemerintah federal mengumumkan kalau saat ini tengan bekerjasama dengan pemerintah Partai Liberal untuk memperlukan pembatasan aturan Visa 457, sehingga memungkinkan pekerja asing bisa membantu mengisi kekurangan tenaga kerja yang dipicu oleh proyek industri besar yang membutuhkan tenaga kerja terampil.
Kementerian Imigrasi mengatakan Perjanjian Migrasi ke Wilayah yang Ditetapkan akan segera diujicobakan di Darwin dan Pilbara di Australia Barat.
Namun professor Bell mengatakan pemerintah harus mempertimbangkan pekerja terampil yang saat ini sudah berdomisili di kawasan Teritori Utara.
“Karena kekurangan tenaga kerja yang kita hadapi sangat membutuhkan mahasiswa-mahasiswa ini,” katanya.
“Kita perlu mahasiswa dan kita perlu mereka berkontribusi pada angkatan kerja didalam negeri,” tambahnya.
Pada tahun 2012, ketentuan visa pelajar internasional diubah sehingga mahasiswa yang berhasil menyelesaikan studinya selama dua tahun atau lebih di Australia, masih bisa mendapatkan tambahan waktu selama dua tahun untuk tinggal atau bekerja di Australia.
Profesor Bell mengatakan sekarang banyak mahasiswa internasional di Universitas Charles Darwin yang siap lulus dan sedang mencari pekerjaan bagi dirinya selama dua tahun.
“Mereka mencari pekerjaan di bidang yang terkait dengan studi mereka dan kami pikir otoritas Teritori Utara harus bisa memposisikan diri dengan baik untuk menawarkan kesempatan bekerja kepada mahasiswa-mahasiswa internasional tersebut,” katanya.
Profesor Bell mengutip sebuah studi yang menunjukkan dari setiap dolar yang dihabiskan oleh seorang mahasiswa internasional bisa menambahkan devisa sebesar $ 1,60 ke perekonomian.
Sementara itu, Mahasiswa Internasional, Ronaq Varma sangat setuju jika pelajar internasional merupakan pilihan yang tepat untuk mengisi kesenjangan tenaga kerja dan mengatakan pemerintah harus melakukan lebih banyak program untuk menghubungkan pelajar internasional dengan kekurangan tenaga kerja tersebut.
“Saya sudah merasakannya karena saya sudah pernah bekerja di kawasan ini sebelumnya untuk sementara. Ada banyak pelajar internasional yang bisa mengisi posisi kerja yang kosong itu. mereka bisa mengisi kekuranga tenaga kerja di wilayah ini,” tambahnya.
Menteri Pendidikan Teritori Utara, Dave Tollner mengatakan pasar pelajar internasioanl merupakan pahlawan tanpa tanda jasa bagi industri ekspor Wilayah Teritori Utara.
Namun Tohler menegaskan tampaknya hanya akan ada sedikit pelajar yang bisa tinggal dan mengisi kekosongan itu.[]