Ahmad Fauzan
SURABAYA, KabarKampus – Mohammad Yasya Bahrul Ulum, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) membawa harum nama Indonesia di kancah internasional. Ia berhasil menyabet mendali emas dalam ajang bergengsi internasional Mathematics Competition (IMC) for University Student 2014 di Blageovgrad, Bulgaria.
Dalam kompetisi yang digelar selama seminggu yakni 28 Juli – 4 Agustus 2014 ini, Yasya berhasil menyisihkan 324 peserta dari 47 negara. Bidang yang dikompetisikan adalah aljabar, analisis, geometri dan kombinatorik. Para peserta diminta memecahkan masalah dalam bentuk essay.
“Peserta diberikan lima soal yang disajikan dalam bahasa Inggris setiap harinya. Waktu untuk mengerjakannya adalah selama dua hari. Setiap harinya diberikan alokasi waktu satu jam,” tutur Yasya.
Yahya mengaku secara keseluruhan ada tiga soal yang belum bisa ia jawab dengan benar. Ia tidak tidak bisa mengerjakan soal bagian kombinatorik, karena dianggapnya cukup susah. Meski demikian mahasiswa Jurusan Teknik Elektro ini berhasil memperoleh selisih nilai 30 poin dari grand first prize dan menempatkannya dalam posisi emas.
Dengan perolehan itu, Yasya berhasil unggul dari pesaing lain yang berasal dari perguruan tinggi ternama di dunia, seperti Universitat Bonn di Jerman, Yale University di Amerika Serikat, University of Gottingen di Jerman, Moscow Institute of Physics and Technology di Rusia, University College London, Universidad Nacional Autonoma de Mexico, University of Illinois at Urbana Campaign serta Nanyang Technological University Singapura.
Atas prestasinya ini, Yasya dianugerahi beasiswa Olimpiade Sains Internasional (OSI) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RepubIik Indonesia hingga studi doktoral di seluruh perguruan tinggi di dunia. Yasya mengaku menginginkan kuliah di Jurusan Matematika ITB.
”Saya ingin mempersiapkan dulu kemampuan Matematika saya di ITB, baru ke luar negeri,” ujarnya.
Sebelum melenggang ke tingkat internasional, Yasha telah melewati berbagai tahapan seleksi, baik tingkat regional maupun nasional. Selepas meraih juara pertama OSN Pertamina tingkat nasional, Yasya beserta peraih medali emas, perak dan perunggu Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (ON-MIPA) mengikuti seleksi final untuk menentukan tujuh mahasiswa terbaik.
Ketujuh mahasiswa tersebut kemudian dibina secara intensif di Jakarta selama dua minggu oleh dosen-dosen berpengalaman. ”Di sana saya menghabiskan 10 jam setiap harinya untuk belajar soal, kalau hari-hari biasa sekitar 3 jam biasanya,” ungkap pria yang bercita-cita menjadi ilmuwan dan businessman ini.[]