A. Fauzan
YOGYAKARTA, KabarKampus – Darah sapi bagi sebagian orang adalah limbah yang tidak bernilai. Namun dari racikan empat mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), darah sapi bisa digunakan sebagai obat luka bakar.
Mereka adalah Rahmad Dwi Ardhiansyah Riefky Pradipta Baihaqie, Muhammad Nuri Nuha Naufal, Muhammad Atabika Farma Nanda dan Aprilia Maharani. Empat mahasiswa Fakultas Kedokteran ini meracik darah sapi dalam bentuk salep dan telah berhasil diujicobakan pada tikus.
Dalam uji coba pada tersebut, tikus awalnya, tikus diperlakukan terkena luka bakar setelah dianastesi dan dikenai besi panas. Setelah diberi salep darah sapi, lukabakar tersebut bisa sembuh lebih cepat dibanding dengan obat luka bakar komersial lainnya.
”Selama satu bulan, kita olesi luka tikus ini setiap pagi, siang dan malam, ternyata bisa sembuh kurang dari 21 hari,” kata Rahmad Dwi Ardhiansyah.
Menurut Rahmad, dalam proses pembuatannya, setiap darah sapi yang diambil lalu kemudian disentrifugasi. Setelah mendapatkan bagian darah yang diinginkan, dicampur dengan dengan vaselin album sebagai bahan dasar salep. Percampuaran dari kedua bahan ini menghasilkan salep yang mereka namakan salep Platelet Rich Plasma (PRP).
Rahmad menerangkan, dalam darah mengandung platelet. Dari platelet tersebut mengandung 7 macam growth factor penyembuh luka. Faktor penyembuh luka ini selain mempercepat kesembuhan luka tapi juga memiliki kandungan antimikrobial.
Sementara itu Riefky menambahkan, ide untuk membuat salep dari darah sapi ini berawal saat melihat langsung proses pemotongan sapi di Rumah Potong Hewan (RPH) Giwangan Yogyakarta. Saat itu mereka tengah melakukan kuliah lapangan. Setelah menyaksikan langsung limbah darah yang dibuang, terbersit ide untuk memanfatkan limbah darah tersebut sekaligus mengurangi pencemaran lingkungan di sekitar RPH.
“Kita mencoba membuat satu inovasi untuk memproses darah sapi bisa bermanfaat,” ungkapnya.[]